UNHAS.TV - Langit di Kampus Unhas Tamalanrea, Makassar, berwarna kelabu, tapi rona cerah terpancar dari wajah Rara Aqila Salsabila.
Di bahunya tersampir selempang bertuliskan Duta Wisata Kota Makassar 2025, simbol dari sebuah perjalanan yang bermula dari lahan pertanian hingga ke panggung dunia.
Suaranya lembut namun tegas, seperti debur ombak yang menghempas lembut pantai Losari, menandai semangat generasi muda yang tidak hanya cerdas, tetapi juga peduli pada alam dan budaya kotanya.
“Komitmen saya adalah mempromosikan dan mengedukasi tentang potensi wisata di Makassar,” ujarnya, membuka percakapan pada wawancara Unhas Story bersama tim Unhas TV.
Makassar, dengan lanskapnya yang unik antara laut dan daratan, menyimpan sejuta cerita. Di kota inilah, laut bertemu dengan kota, dan budaya Bugis-Makassar-Toraja-Mandar berpadu dengan modernitas.
Di tengah hiruk pikuk pembangunan, sosok seperti Rara muncul membawa misi yakni menjaga, mempromosikan, dan menghidupkan kembali semangat cinta terhadap alam dan kearifan lokal.
Tidak banyak yang tahu, gadis kelahiran 2003 ini adalah alumni Agroteknologi, Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin. “Pertanian adalah masa depan,” katanya mantap.
Ia menyadari, generasi muda kini banyak melupakan akar tanahnya sendiri yaitu lahan pertanian yang memberi makan negeri.
Ketertarikannya pada bidang pertanian bukan tanpa alasan. Sejak awal, ia melihat potensi besar di sektor ini sebagai bagian dari solusi untuk ketahanan pangan dan keberlanjutan lingkungan. “Bapak saya yang paling mendukung,” kenangnya, “beliau bilang ilmu pertanian akan selalu berguna.”
Namun perjalanan Rara tidak berhenti di lahan hijau kampus pertanian. Ia menembus batas-batas akademik dan beralih ke dunia kemaritiman, budaya, dan pariwisata, tiga sektor yang menjadi urat nadi Makassar.
Putri Maritim: Antara Laut dan Kesadaran
Tahun 2023 menjadi titik balik penting. Rara dinobatkan sebagai Runner-Up 1 Putri Maritim Sulawesi Selatan. Dunia baru pun terbuka: dari kebun menjadi gelombang, dari tanah menjadi lautan.
Awalnya, ajakan itu datang dari seniornya yang melihat potensi dirinya. “Katanya, saya cocok jadi Putri Maritim karena tinggi dan kuat,” ia tertawa kecil.
Tapi di balik tawa itu, ada kesungguhan untuk belajar hal-hal baru yakni isu kemaritiman, lingkungan pesisir, hingga tantangan sampah laut yang menyesakkan.
Sebagai Putri Maritim, ia sempat bertugas di wilayah pesisir Parepare, tepatnya di Pantai Lowita, perbatasan dengan Pinrang.
Di sana, Rara melihat langsung bagaimana masyarakat lokal berjuang menjaga kelestarian penyu dan ekosistem mangrove. Tapi di sela keindahan itu, tumpukan plastik menggunung di garis pantai.
“Pantainya indah sekali, tapi sayang, sampah plastik masih di mana-mana,” ujarnya lirih. “Limbah dari perkotaan terbawa ke laut. Sedih rasanya.”
Dari pengalaman itu, kesadaran ekologisnya kian kuat. Ia menyadari bahwa promosi pariwisata tak bisa lepas dari tanggung jawab lingkungan. Dalam setiap kesempatan, ia berbicara tentang pentingnya sustainable tourism—wisata yang menyeimbangkan ekonomi, budaya, dan ekologi.
“Kesadaran masyarakat adalah kunci,” tegasnya. “Kita bisa edukasi dan promosi, tapi kalau tidak ada kesadaran kolektif, perubahan tidak akan terjadi.”
Selain di laut dan sawah, Rara juga menemukan dirinya di panggung seni. Ia bergabung dengan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Universitas Hasanuddin sejak 2022. Suaranya, yang jernih dan berkarakter, membawanya melintasi batas geografis hingga ke Selandia Baru.
“Awalnya cuma hobi nyanyi,” katanya sambil tersenyum. “Tapi dari situ saya belajar disiplin, kerja keras, dan kebersamaan.”
Pada Juli 2024, Rara bersama tim PSM Unhas menorehkan sejarah, menjadi Juara 1 Dunia dalam ajang paduan suara internasional di Selandia Baru. Persiapannya panjang dan melelahkan: latihan setiap hari, audisi ketat, bahkan pengorbanan waktu belajar.
Namun yang paling menantang bukan soal nada, melainkan suhu. “Bayangkan, kami harus tampil di udara minus dua derajat dengan baju tradisional Makassar yang tipis,” kenangnya. “Tapi itu tidak menghalangi semangat kami membawakan lagu daerah Indonesia di hadapan dunia.”
Mereka menyanyikan kisah dari tanah air, tentang laut, tentang kebersamaan, tentang cinta pada budaya. “Kami ingin dunia tahu bahwa Indonesia, terutama dari timur, punya suara yang indah.”
Kini, selain menjadi penyanyi, Rara juga dipercaya sebagai Bendahara PSM Unhas. Ia belajar mengatur keuangan organisasi dengan prinsip transparansi dan tanggung jawab. “Tidak hanya suara, tapi kepercayaan juga harus dijaga,” ujarnya dengan yakin.
Menyuarakan Harmoni Kota dan Laut
>> Baca Selanjutnya