UNHAS.TV - Di usia 28 tahun, Marcus Rashford tampak seperti pemain yang menemukan kembali pusat gravitasinya. Setelah periode sulit di Inggris, penyerang asal Manchester United itu justru tampil meyakinkan di Spanyol bersama Barcelona.
Datang dengan status pinjaman di awal musim 2025/2026, Rashford kini menjadi bagian penting dari tim utama—bukan hanya karena kontribusi gol, tetapi juga karena perubahan sikap dan energi yang ia bawa.
Angkanya berbicara tegas. Dari 24 penampilan di semua kompetisi, Rashford telah mencatatkan 18 kontribusi gol. Namun bagi sang pemain, kebangkitan ini bukan semata urusan statistik.
Ia menyebut kepercayaan diri dan motivasi sebagai fondasi utama performanya—dua hal yang ia temukan kembali dalam atmosfer kompetitif khas Barcelona.
Dalam wawancara dengan media Spanyol, Sport, Rashford mengakui bahwa ambisinya untuk bertahan lebih lama di Camp Nou memang ada.
Namun, dorongan terbesarnya justru lahir dari tuntutan menang yang melekat pada klub tersebut. Barcelona, bagi Rashford, adalah simbol tekanan yang sehat—tekanan yang tidak menekan, tetapi justru memantik hasrat.
Ia menggambarkan tekanan itu sebagai sesuatu yang dinantikan. Sebuah standar yang menuntut kemenangan, trofi, dan konsistensi.
Dalam pandangannya, ketika sebuah klub tidak lagi menuntut hal-hal itu, motivasi pemain bisa memudar. Di Barcelona, tuntutan tersebut hadir setiap hari—dan itulah yang ia cari.
Adaptasi Rashford di Catalonia berlangsung lebih cepat dari yang diperkirakan. Sejak hari pertama, ia merasa diterima.
Lingkungan tim, staf, dan para pemain membangun rasa memiliki yang membuatnya fokus pada satu tujuan: membantu tim memenangkan trofi.
Musim lalu, Barcelona menikmati kampanye yang kuat, tetapi Rashford menegaskan bahwa dalam sepak bola, kesuksesan masa lalu tidak pernah cukup. Segalanya bergerak cepat, dan setiap musim menuntut pembuktian ulang.
Fokus itu terlihat jelas di lapangan. Rashford tidak hanya berperan sebagai pencetak gol, tetapi juga sebagai bagian dari struktur kolektif tim.
Perannya fleksibel, kontribusinya nyata, dan sikapnya mencerminkan kedewasaan yang lahir dari pengalaman pahit beberapa musim sebelumnya.
Hansi Flick Puji Profesionalisme Rashford
Pujian datang langsung dari pelatih kepala Hansi Flick. Dalam beberapa kesempatan, Flick menyoroti profesionalisme Rashford—bahkan ketika sang pemain tidak masuk starting eleven.
Menurut Flick, keberadaan Rashford di bangku cadangan justru menunjukkan kedalaman skuad. Yang lebih penting, sikap Rashford saat tidak dimainkan mencerminkan mentalitas tim yang kuat.
Flick mengungkapkan percakapan sederhana namun bermakna. Ketika dijelaskan alasan tidak bermain, Rashford menegaskan bahwa yang terpenting hanyalah tim dan kemenangan. Tidak ada keluhan, tidak ada ego.
Bagi pelatih asal Jerman ini, itulah sikap yang ia cari—mentalitas yang menempatkan tiga poin di atas segalanya.
Kontras dengan periode sebelumnya terasa jelas. Sebelum meninggalkan Manchester United, Rashford kehilangan tempat di bawah asuhan Ruben Amorim.
Waktu bermainnya terbatas, kepercayaan menipis. Ia kemudian menghabiskan paruh kedua musim lalu bersama Aston Villa.
Ia kembali menunjukkan efektivitas dengan 10 kontribusi gol dari 17 laga—sebuah sinyal awal bahwa masalahnya bukan pada kualitas, melainkan konteks.
Kini, Barcelona memiliki opsi untuk mempermanenkan status Rashford pada musim panas mendatang. Keputusan itu belum diambil.
Namun, yang jelas, Rashford telah menemukan kembali apa yang sempat hilang: rasa lapar untuk menang dan tekanan yang memacu, bukan membebani.
Di Camp Nou, Marcus Rashford bukan sekadar pemain pinjaman. Ia adalah potret seorang pesepak bola yang kembali hidup ketika berada di lingkungan yang menuntut yang terbaik darinya—setiap hari, setiap pertandingan. (*)
Marcus Rashford berjalan bersama pelatih Barcelona Hansi Flick. foto the sun







