UNHAS.TV - Menteri Agama Republik Indonesia, Prof. Dr. KH Nasaruddin Umar, MA, memberikan apresiasi tinggi terhadap buku terbaru karya Prof. Adi Maulana berjudul Spiritualitas Geologi, yang akan segera terbit.
Buku ini dinilainya sebagai karya langka yang menyatukan kedalaman ilmu pengetahuan dengan kedalaman spiritualitas Islam, menghadirkan pendekatan baru dalam membaca bumi sebagai “kitab terbentang” yang berjalan seiring dengan Al-Qur’an.
“Buku ini bukan sekadar kumpulan catatan ilmiah. Ia adalah hasil kontemplasi seorang ilmuwan yang memandang bumi bukan hanya sebagai objek kajian akademik, tetapi sebagai teks yang hidup, sebuah kitab terbentang yang melengkapi kitab tertulis yakni Al-Qur’an,” tulis Menteri Agama dalam kata pengantar bukunya.
Prof. Nasaruddin menegaskan bahwa Prof. Adi Maulana telah berdiri di atas jejak para ilmuwan Muslim terdahulu seperti Al-Biruni dan Ibnu Sina, yang melihat gejala alam sebagai jalan menuju pengenalan terhadap hukum-hukum Allah.
Dalam buku ini, konsep-konsep ilmiah seperti tektonik lempeng, mineral, dan letusan gunung disandingkan dengan ayat-ayat Al-Qur’an seperti An-Nazi’at, Al-Anbiya, dan Al-Hadid secara mendalam dan reflektif.
Tidak hanya sebagai pengantar ilmiah dan spiritual, Menteri Agama juga menilai buku ini sebagai seruan etis dan ekologis, peringatan bagi umat manusia untuk menjaga amanah sebagai khalifah di bumi.
“Ketika manusia melampaui batas dan mengeksploitasi tanpa kesadaran, bencana ekologis bukan sekadar akibat, tetapi juga peringatan,” ujarnya, seraya mengutip Surah Ar-Rum ayat 41.
Refleksi Prof. Adi Maulana
Menanggapi apresiasi tersebut, Prof. Adi Maulana mengungkapkan bahwa ide menulis buku Spiritualitas Geologi telah lama direncanakan, namun baru bisa ia realisasikan tahun ini.
Ia mengakui bahwa dorongan untuk menulis bukan semata-mata berasal dari motivasi akademik, tetapi juga merupakan bagian dari perjalanan spiritualnya selama bulan suci Ramadan.
“Menulis catatan kecil tentang bumi di bulan Ramadan menjadi semacam perjalanan spiritual dan intelektual sekaligus. Saya berharap tulisan ini bisa menambah pemahaman, setidaknya bagi diri saya sendiri. Dan jika ada manfaat bagi pembaca, itu adalah anugerah,” ungkapnya.
Sebagai seorang geolog yang telah menekuni ilmu kebumian selama hampir dua dekade, Prof. Adi mengaku memiliki kecintaan yang mendalam terhadap fenomena-fenomena alam sejak kecil.
Ia mengenang bagaimana kegemarannya membaca buku petualangan di masa SD memupuk rasa ingin tahu yang besar tentang asal-usul gunung, gempa bumi, hingga emas dan minyak bumi.
Melalui buku ini, ia tidak mengklaim diri sebagai ahli tafsir, namun sebagai seorang pembelajar yang mencoba mengaitkan pengetahuan geologi dengan pesan-pesan Al-Qur’an secara popular dan ilmiah.
“Saya ingin melihat ayat-ayat suci itu dari sudut pandang yang sedikit berbeda, melalui lensa sains populer, berdasarkan pemahaman saya atas bukti-bukti ilmiah,” jelasnya.
Prof. Adi menutup refleksinya dengan harapan agar buku ini menjadi pengingat bahwa ilmu dan iman bisa saling menyempurnakan. “Setiap hari di bulan Ramadan ini, saya memiliki satu semangat: mengkaji Al-Qur’an dan mendekatkan ilmu dengan iman. Semoga selalu membawa berkah untuk kita semua,” ujarnya.
Dia berharap buku Spiritualitas Geologi kini menjadi bagian penting dalam upaya membangun jembatan antara laboratorium dan sajadah, antara logika dan dzikir, antara keilmuan dan ketundukan spiritual.
Buku yang diterbitkan oleh Unhas Press ini ini tidak hanya menyapa para akademisi, tetapi juga membuka ruang renungan bagi masyarakat luas yang ingin memahami bumi dengan hati yang tunduk dan akal yang tercerahkan.(*)