News

Melangkah dari Enrekang: Aries Yasin dan Gagasan Baru untuk IKA Peternakan

UNHAS.TV -Sinar pagi menyapu dataran Enrekang ketika Muhammad Aries Yasin menyusuri petak-petak kebun bawang di kaki gunung Latimojong. Di balik kemeja putih yang digulung hingga siku, ia berdiri memantau aktivitas petani.

Beberapa meter dari situ, kandang kambing dan sapi milik kelompok ternak warga terdengar riuh oleh embikan dan dengus hewan-hewan yang tengah diberi pakan.

Di sinilah dunia Aries berpijak, antara pertanian, peternakan, dan pelayanan publik. Sebagai pejabat birokrasi di Pemerintah Kabupaten Enrekang, ia terbiasa turun langsung ke lapangan.

Tapi hari itu, pikirannya tidak hanya terpaut pada pupuk subsidi atau pola tanam. Di sela obrolannya dengan peternak, Aries berbicara soal kampus. Tepatnya, tentang Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin, almamater yang membentuk jalan hidupnya.

“Sudah saatnya IKA Fapet Unhas tidak hanya jadi simbol. Kita harus menghidupkan kembali ruhnya,” ujarnya mantap.

Aries Yasin, lelaki kelahiran Baranti, 10 Februari 1982, resmi menyatakan kesiapannya maju sebagai calon Ketua Umum Ikatan Alumni Fakultas Peternakan Unhas (IKA Fapet Unhas).

Namun, lebih dari sekadar kontestasi, langkahnya dinilai sebagai upaya pembaruan, membangkitkan organisasi alumni yang selama ini dianggap kurang bergeliat.

Aktivis yang Tak Pernah Pensiun

Dikenal sebagai aktivis sejak masa kuliah, Aries adalah sosok yang tak asing di lingkungan mahasiswa. Ia aktif di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Peternakan dan kemudian dipercaya di HMI Cabang Makassar Timur.

Selain itu, ia pernah memimpin Senat Mahasiswa Fakultas dan menjadi Koordinator Badan Pekerja Pembentukan Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Hasanuddin.

“Saya dibentuk oleh dinamika gerakan kampus. Spirit itu tidak hilang meski saya kini di pemerintahan,” ujarnya.

Setelah menamatkan studi di Fapet Unhas, Aries melanjutkan pendidikan Magister Administrasi Publik di Universitas Muhammadiyah Sidenreng Rappang, lalu melanjutkan Program Doktor di Unhas.

Dalam kariernya, ia menjabat berbagai posisi penting di Bappeda dan Setda Enrekang, dari Kepala Bidang Ekonomi dan Sosial Budaya hingga Kepala Bagian Pemerintahan. Namun, panggilan untuk kembali ke “rumah besar” alumni tampaknya lebih dari sekadar nostalgia.

Gagasan Digital dan Kolaborasi

Aries membawa visi yang berani dan konkret. Ia ingin menjadikan IKA Fapet Unhas sebagai rumah kolaborasi, bukan sekadar forum seremonial. Agenda utamanya mencakup digitalisasi organisasi, pengembangan platform direktori alumni, informasi beasiswa, serta pusat jejaring kerja dan peluang kolaborasi.

“Kita punya lebih dari 8.000 alumni, tapi hanya sebagian kecil yang terhubung aktif. Ini bukan karena mereka tidak peduli, tapi karena tidak ada sistem yang menghidupkan mereka,” jelasnya.

Ia juga menekankan pentingnya sinergi antara alumni dan masyarakat, seperti pendampingan peternak rakyat, penguatan SDM alumni muda, serta peran strategis alumni dalam pengambilan kebijakan publik, khususnya di sektor peternakan dan pertanian.

Berbeda dari sebagian kandidat lain yang berasal dari kalangan akademik atau teknis, Aries membawa perspektif eksternal yang segar. Ia meyakini IKA harus menjadi ruang inklusif yang menghubungkan alumni lintas generasi dan profesi.

“Saya tidak datang untuk berkompetisi. Saya datang untuk menyinergikan,” katanya. “IKA Fapet Unhas harus hidup, harus relevan. Bukan hanya bagi alumni, tapi juga bagi masyarakat dan bangsa.”

Meski belum ada kepastian waktu dan format pemilihan Ketua Umum IKA Fapet Unhas, kehadiran Aries Yasin membawa angin baru. Ia hadir dari kebun bawang dan kandang ternak, tapi pikirannya menjangkau jauh ke jaringan alumni, ke kampus di Tamalanrea, dan ke masa depan organisasi yang ia sebut sebagai “rumah kedua yang harus dinyalakan kembali.”