Mahasiswa

Memantik Imajinasi Anak SDN 194 Taipanaorang Lewat Kegiatan Menulis Cerita

kkn

TAKALAR, UNHAS.TV – Seolah membuka gerbang menuju dunia imajinasi, puluhan siswa kelas 5 SDN 194 Taipanaorang diajak menuangkan ide-ide liar mereka dalam sebuah tulisan. Selama tiga hari, dari 30 Juli hingga 1 Agustus 2025, program “Menulis Cerita Berbasis Buku Bacaan” yang digagas oleh Mahasiswa KKN Tematik Literasi Universitas Hasanuddin (Unhas) di Desa Maccini Sombala sukses mengubah suasana kelas menjadi laboratorium kreativitas.

Program ini dirancang untuk menumbuhkan budaya literasi yang lebih hidup, di mana siswa tak hanya menjadi pembaca pasif, tetapi juga pencipta cerita. Alih-alih berfokus pada hasil yang sempurna, kegiatan ini lebih menekankan pada proses kreatif dan keberanian anak-anak dalam berekspresi.

Membangun Cerita dari Nol

Pada hari pertama, anak-anak diajak mengenal unsur-unsur dasar cerita, seperti tokoh, latar, dan alur. Setelah itu, para mahasiswa KKN membacakan sebuah buku cerita yang telah disiapkan khusus. Dengan antusias, siswa menyimak dan mulai membayangkan kemungkinan-kemungkinan baru dari kisah tersebut.

"Mereka diberi kebebasan penuh untuk mengembangkan alur, menciptakan tokoh baru, bahkan mengubah akhir cerita sesuai versi mereka," ujar Nurul Hidayah Bardin, penanggung jawab program. Menurut Nurul, proses ini bertujuan untuk menumbuhkan keberanian anak dalam mengambil keputusan kreatif dan berpikir mandiri.


Melalui program
Melalui program "Menulis Cerita Berbasis Buku Bacaan" di SDN 194 Taipanaorang menjadi panggung bagi siswa kelas 5 untuk unjuk gigi. Dengan didampingi mahasiswa KKN Tematik Literasi, mereka berani membacakan cerita hasil imajinasi mereka di depan teman-teman, melatih keberanian berbicara dan mengapresiasi karya sesama. Kredit: KKN UNHAS.


Manggung di Depan Kelas

Hari kedua, kelas berubah menjadi panggung kecil. Satu per satu, siswa dengan bangga membacakan cerita karya mereka di depan teman-teman. Meski ada yang lantang dan penuh semangat, ada pula yang butuh sedikit dorongan, namun pada akhirnya semua berhasil menyampaikan cerita mereka dengan caranya masing-masing.

Kegiatan ini tidak hanya melatih keterampilan berbicara, tetapi juga mengapresiasi karya orang lain. Sebagai bentuk penghargaan, semua peserta menerima sertifikat partisipasi di akhir sesi.

Ide Mereka Berharga, Cerita Mereka Layak Didengar

Puncak acara berlangsung di hari ketiga. Tujuh karya terbaik dipilih bukan untuk diperlombakan, melainkan sebagai bentuk motivasi. Mereka yang terpilih mendapatkan penghargaan atas kreativitas, struktur cerita, dan orisinalitas ide yang mereka tuangkan.

Nurul Hidayah menjelaskan, kegiatan ini adalah respons terhadap minimnya aktivitas menulis kreatif di sekolah dasar. "Kami ingin mereka tahu bahwa menulis itu bukan sesuatu yang sulit. Mereka bisa menciptakan dunia mereka sendiri lewat kata-kata," tambahnya.

Kegiatan ini mendapat sambutan hangat dari para siswa. Salah satu sticky note yang ditempelkan siswa berisi pesan, “Terima kasih kakak-kakak KKN, karena sudah datang ke sekolah kami dan mengajari kami dengan sabar.” Pesan sederhana itu membuktikan bahwa literasi yang menyenangkan mampu meninggalkan kesan mendalam bagi anak-anak.

Melalui program ini, para mahasiswa KKN Tematik Literasi berharap praktik menulis kreatif bisa terus dikembangkan, bukan hanya sebagai keterampilan teknis, tetapi sebagai sarana untuk membangun karakter, keberanian, dan empati. Sebab, literasi yang hidup tidak lahir dari keharusan, tetapi dari rasa ingin tahu dan kebebasan anak untuk menjadi diri mereka sendiri di atas kertas. (*)