MAKASSAR, UNHAS.TV – Menjawab dinamika tuntutan pendidikan tinggi yang semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat, Program Studi S1 Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Hasanuddin (Unhas) tak henti berinovasi. Pada Selasa, 8 Juli 2025, suasana akademis di FKM Unhas sedikit berbeda. Sebuah Workshop Pemutakhiran Evidence-Based Learning (EBL) digelar, menandai langkah maju dalam memperkuat metode pembelajaran yang tak hanya berbekal teori, namun juga bukti nyata di lapangan.
Kegiatan ini bukan sekadar rutinitas. Ia adalah fondasi penting dalam menggembleng mahasiswa agar tak hanya cerdas di kelas, namun juga piawai dalam menerapkan ilmunya untuk mengatasi persoalan gizi di tengah masyarakat. Dengan fokus pada EBL tahap II, workshop ini juga meramu instrumen yang lebih tajam, memastikan setiap jejak pembelajaran mahasiswa di masyarakat memberikan dampak yang nyata.
Kolaborasi Lintas Batas: Kampus dan Komunitas Bersatu
Workshop yang berlangsung secara hibrida ini mempertemukan berbagai pihak penting. Di satu sisi, ada Pengelola EBL, dosen, dan tenaga kependidikan Departemen Ilmu Gizi yang bersemangat menyatukan visi. Di sisi lain, kehadiran Kepala Puskesmas Bira, Lurah Kelurahan Parangloe, Lurah Kelurahan Bira, para Ketua RW 1-6, hingga para Supervisor EBL menjadi bukti nyata kolaborasi yang terjalin. Mereka adalah mitra strategis yang tak terpisahkan dalam keberhasilan implementasi EBL di lapangan, jembatan antara teori di kampus dan praktik di komunitas.
EBL: Lebih dari Sekadar Pendekatan, Sebuah Strategi Berdampak
Pembukaan acara oleh Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan FKM Unhas, Dr. Wahiduddin, SKM., M.Kes., menjadi sorotan utama. Dalam sambutannya, ia menegaskan bahwa EBL bukan hanya sekadar pendekatan inovatif, melainkan sebuah strategi krusial untuk memenuhi Mata Kuliah Penunjang Kompetensi (MKPK) sebesar 20 SKS dalam kurikulum. Ini berarti EBL bukan hanya memperkaya pengalaman belajar, tetapi juga menjadi tulang punggung dalam membentuk kompetensi lulusan yang unggul.
Lebih jauh, Dr. Wahiduddin menantang peserta workshop dan mahasiswa untuk memanfaatkan data hasil kegiatan EBL secara maksimal. "Jangan hanya berakhir sebagai laporan akademik," pesannya, "namun kembangkanlah menjadi karya ilmiah berbobot, seperti Program Kreativitas Mahasiswa–Artikel Ilmiah (PKM-AI)." Sebuah dorongan yang jelas, agar setiap upaya di lapangan tidak hanya bermanfaat bagi masyarakat, tetapi juga melahirkan inovasi dan kontribusi keilmuan.