News
Unhas Speak Up

Menjaga Keabadian Ilmu, Dana Abadi Unhas untuk Membangun Kemandirian Pendidikan



Wakil Rektor Bidang Perencanaan, Pengembangan, dan Keuangan Unhas Prof Subehan SSi MPharm Sc PhD Apt. (dok unhas.tv)


Unhas membuka pintu selebar-lebarnya bagi siapa pun yang ingin menjadi bagian dari gerakan ini. Alumni yang pernah ditempa di Kampus Merah, banyak yang menyumbang sebagai bentuk rasa terima kasih.

Perusahaan-perusahaan mitra menitipkan tanggung jawab sosial mereka melalui kontribusi dana abadi. Bahkan, beberapa pemerintah daerah ikut ambil bagian, menyadari bahwa investasi pada pendidikan adalah investasi pada masa depan warganya sendiri.

“Semua sektor bisa berkontribusi — dari alumni, orang tua mahasiswa, hingga mitra korporasi. Asal legal dan tercatat resmi di rekening rektor,” jelas Prof. Subehan, alumnus Jurusan Farmasi Unhas tahun 1999 ini.

Lebih jauh, Prof Subehan menerangkan, setiap sumbangan mendapat virtual account khusus sesuai fakultas atau sumber pengumpulannya.

Sistem ini tidak hanya memastikan akuntabilitas, tapi juga menumbuhkan semangat kompetisi sehat antar unit di kampus, siapa yang paling banyak berhasil menghimpun dana untuk masa depan Unhas?

Sejauh ini, manfaat paling nyata dari hasil investasi dana abadi adalah beasiswa mahasiswa. 

“Kami memilih memfokuskan hasil investasi pertama pada bantuan beasiswa. Dampaknya langsung terasa, dan masyarakat bisa melihat hasil konkret dari kontribusi mereka,” ungkapnya.

Melalui kerja sama dengan Direktorat Kemahasiswaan, Unhas menyalurkan beasiswa berdasarkan kebutuhan. Mahasiswa yang belum memperoleh Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-K) menjadi prioritas utama.

Pendekatan ini menunjukkan bahwa dana abadi bukan hanya angka di neraca. Dana ini menyentuh kehidupan nyata para mahasiswa yang mungkin sedang berjuang untuk bertahan di bangku kuliah.

Bagi mereka, dana abadi bukan sekadar “program universitas”, melainkan napas harapan yang menuntun mereka menuju masa depan yang lebih baik.

Mimpi Jangka Panjang: Ilmu yang Mandiri

Dalam bayangan Prof. Subhan, masa depan dana abadi Unhas bisa seterang bintang timur. Ia menyebut contoh perguruan tinggi besar di dunia seperti Harvard University, Yale, dan Stanford, universitas yang seluruh operasional pendidikannya dibiayai dari hasil investasi dana abadi, bukan dari biaya kuliah.

“Kalau dana abadi kita sudah mencapai triliunan rupiah, semua biaya operasional bisa dibiayai dari hasilnya. Bahkan mahasiswa tidak perlu lagi membayar uang kuliah,” katanya sambil tersenyum.

Visi itu mungkin tampak jauh, namun tidak mustahil. Setiap rupiah yang disumbangkan hari ini, setiap bunga hasil investasi, adalah langkah kecil menuju kemandirian sejati dunia akademik Indonesia Timur.

Pengelolaan dana abadi Unhas tunduk pada aturan ketat. Setiap dana masuk melalui rekening resmi atas nama Rektor Universitas Hasanuddin.

Dana tersebut kemudian diinvestasikan ke berbagai instrumen, mulai dari deposito, sukuk, hingga instrumen keuangan lain yang aman namun menguntungkan.

Dulu, peraturan rektor membatasi proporsi investasi di tiap instrumen. Kini, setelah evaluasi dari Majelis Wali Amanat (MWA), Unhas diberi ruang lebih fleksibel untuk memilih investasi terbaik, dengan satu prinsip utama: keuntungan sebesar-besarnya tanpa risiko terhadap dana pokok.

Semua hasilnya dilaporkan secara terbuka. Tidak hanya ke MWA dan Senat Akademik, tapi juga ke publik. Kejelasan dan keterbukaan ini menjadi pilar utama yang menjaga kepercayaan masyarakat tetap tegak.

Lebih dari Sekadar Uang: Nilai Spiritual dan Sosial

Bagi banyak penyumbang, dana abadi bukan hanya kontribusi finansial. Sumbangan mereka adalah wakaf ilmu.

“Dana ini abadi. Nama penyumbang akan terus hidup bersama manfaatnya. Setiap bagi hasil yang dipakai untuk beasiswa atau riset, pahala dan keberkahannya mengalir,” tutur Dekan Fakultas Farmasi Periode 2019-2021 ini dengan nada reflektif.

Pada perspektif spiritual, konsep ini sejajar dengan nilai-nilai luhur keislaman, memberi tanpa pamrih, dan memastikan manfaatnya tak terputus oleh waktu.

Dalam perspektif sosial, ini adalah bentuk paling murni dari solidaritas akademik — sebuah cara untuk menjaga agar pendidikan tinggi tidak menjadi hak istimewa, melainkan hak setiap insan yang berjuang menuntut ilmu.

Kini, setelah empat tahun berjalan, Dana Abadi Unhas masih dalam tahap tumbuh, namun akarnya sudah kuat. Ia telah menjadi bukti nyata bahwa universitas bukan hanya tempat belajar, tapi juga tempat menanam harapan bagi masa depan bangsa.

Dari ruang studio yang tenang itu, kata-kata terakhir Prof. Subehan terasa menggema seperti doa:

“Kami ingin memastikan, bahkan ketika kami sudah tidak ada lagi, ilmu di Unhas tetap hidup. Itulah makna sejati dari dana abadi — menjaga keabadian ilmu pengetahuan.”

Di bawah langit timur yang senantiasa merah di ufuk sore, Unhas menapaki jalannya sendiri. Sebuah perjalanan panjang untuk menjadikan ilmu pengetahuan tak sekadar diwariskan, tapi dilestarikan selamanya. (*)