DENMARK, UNHAS,TV- Di balik dentuman halus perut, ternyata tersimpan irama elektromagnetik yang dapat berbicara tentang suasana hati dan tekanan batin manusia. Tim peneliti dari Aarhus University, Denmark, bekerjasama dengan German Institute of Human Nutrition, berhasil menemukan bahwa tingkat sinkronisasi antara gelombang listrik lambung dan aktivitas otak berkorelasi dengan kondisi psikologis—yang selama ini jarang diperhitungkan dalam riset kesehatan mental (science alert, 1/9)
Irama yang Tak Kasatmata, tapi Berbicara
Lambung memiliki sistem saraf sendiri—dikenal sebagai enteric nervous system atau “otak kedua”—yang memancarkan gelombang listrik sekitar 3 siklus per menit (sekitar satu gelombang tiap 20 detik), bahkan tanpa pencernaan aktif (Earth.com, 16/8).
Ketika penelitian ini mengukur electrogastrography (EGG) dan fMRI otak pada sekitar 240 individu, serta mengombinasikannya dengan hasil kuesioner mental (seperti kecemasan, depresi, stres, kualitas hidup), muncul pola mengejutkan: semakin kuat hubungan sinkron antara otak dan lambung, justru semakin besar gejala psikologis negatif—bukan sebaliknya.
Profesor Micah Allen dari Aarhus menyebut:“Secara intuitif, kita mengira komunikasi tubuh-otak yang kuat adalah tanda sehat. Namun di sini, sinkronisasi lambung‑otak yang tidak biasa justru terkait dengan beban psikologis lebih tinggi. Mungkin itu sistem yang tengah kelebihan beban.” (health.au.dk,12/8).
Mengapa Temuan Ini Penting?
Geliat riset sumbu gut-brain axis selama ini berfokus pada mikrobioma usus dan bagian pencernaan bawah
Kini, studi ini membuka bab baru dengan memusatkan perhatian pada lambung, sebuah unit dengan jaringan saraf kompleks dan koneksi langsung ke otak lewat saraf vagus.
Indikator baru ini—disebut gastric-brain coupling—berpotensi menjadi biomarker fisiologis objektif untuk mengidentifikasi masalah mental lebih awal
Lebih lanjut, karena faktor-faktor seperti obat-obatan, makanan, bahkan stimulasi saraf vagus telah diketahui dapat memengaruhi ritme lambung, riset ini membuka harapan bahwa suatu saat nanti terapi personal berupa intervensi nutrisi, farmakologi, atau stimulasi vagus bisa ditujukan untuk menyeimbangkan sinkronisasi tubuh‑otak—bukan hanya menenangkan pikiran lewat obat maupun konseling semata.
Batasan dan Langkah Selanjutnya
Meski data didukung oleh pendekatan statistik canggih, termasuk machine learning dan kontrol terhadap variabel lain seperti detak jantung dan pernapasan, penelitian ini masih bersifat korelasional, belum membuktikan sebab-akibat. Selain itu, sampel cenderung dewasa muda, yang masih perlu diuji ulang pada populasi lebih luas serta kelompok klinis—misalnya penderita gangguan mood berat—untuk memvalidasi hasil ini.

Gelombang elektromagnetik dari lambung yang secara langsung terhubung dengan otak melalui saraf vagus, disebut gastric-brain coupling, ternyata berkorelasi dengan kondisi psikologis seseorang. Penelitian terbaru menunjukkan bahwa sinkronisasi yang kuat antara kedua organ ini justru berhubungan dengan gejala stres, depresi, dan kecemasan yang lebih tinggi, mengisyaratkan bahwa hubungan tubuh-otak yang "terlalu kuat" bisa jadi merupakan tanda sistem yang kewalahan. Temuan ini membuka harapan baru bagi diagnosis dan terapi masalah kesehatan mental, dengan mengidentifikasi biomarker fisiologis yang objektif alih-alih hanya mengandalkan kuesioner.
Mengapa Dunia Harus Peduli?
Jika kelak ritme lambung bisa menjadi tanda awal gangguan mental, maka dunia klinis dapat menambah alat diagnosis non-subjektif dalam menangani kecemasan, depresi, stres kronis. Di sisi masyarakat, pemahaman tentang hubungan tubuh-pikiran semakin melebar: mental health bukanlah sekadar apa yang kita rasakan di kepala, melainkan juga apa yang terjadi di “dalam tubuh” kita—dimulai dari lambung.
Riset ini diterbitkan dalam jurnal Nature Mental Health pada Agustus 2025 (Banellis L, Rebollo I, Nikolova N, Allen M. Stomach–brain coupling indexes a dimensional signature of mental health. Nat Mental Health. 2025) dan telah diliput secara luas oleh ScienceAlert, Medical Xpress (Phys.org), Technology Networks, Earth.com, dan media sains lainnya di berbagai negara.(*)