
Peresmian ini menandai komitmen pemerintah dalam menjaga dan mempromosikan warisan budaya, serta mengukuhkan peran Nusantara sebagai titik awal evolusi dan ekspresi budaya manusia. Fadli Zon berharap Leang-Leang dapat menjadi pusat riset dan destinasi wisata internasional, serta menekankan pentingnya kerja sama antara pemerintah, akademisi, dan komunitas dalam mengembangkan serta melestarikan situs bersejarah ini.
Pentingnya Pelestarian Lukisan Prasejarah
Meski telah mendapat perhatian lebih besar, tantangan pelestarian seni cadas ini tidaklah kecil. Dr. Adam Brumm, salah satu peneliti dari Griffith University, menjelaskan bahwa perubahan iklim dan aktivitas manusia dapat merusak lukisan secara perlahan. "Gua-gua di Maros mengalami ancaman serius akibat perubahan suhu, kelembaban, dan pertumbuhan mikroorganisme yang bisa mengikis pigmen lukisan," ujarnya.
Selain faktor alam, aktivitas manusia juga menjadi ancaman nyata. Tingginya jumlah wisatawan yang berkunjung tanpa regulasi yang ketat dapat mempercepat kerusakan akibat peningkatan kadar karbon dioksida dan kelembaban di dalam gua.
Oleh karena itu, pembatasan akses wisatawan perlu dipertimbangkan agar lingkungan di sekitar lukisan tetap terjaga. Pemantauan dan riset berkala juga menjadi kunci dalam menjaga kelangsungan seni prasejarah ini. Pemerintah dan akademisi harus bekerja sama dalam melakukan pengawasan serta mencari teknik konservasi terbaik agar lukisan tidak semakin memudar.
Selain itu, kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga situs bersejarah harus ditingkatkan. Kampanye edukasi mengenai nilai budaya dan ilmiah lukisan Gua Leang-Leang dapat membantu mencegah tindakan vandalisme maupun kelalaian yang dapat merusak warisan ini. Bahkan, kerja sama dengan pakar konservasi internasional dapat menjadi langkah strategis untuk menemukan metode terbaik dalam melindungi seni cadas ini dari ancaman kerusakan lebih lanjut.
Dr. Iwan Sumantri menegaskan bahwa konservasi harus menjadi prioritas utama. "Jika tidak ditangani dengan baik, dalam beberapa dekade ke depan kita bisa kehilangan salah satu bukti tertua keberadaan seni manusia," katanya.
Bagi para wisatawan dan peneliti yang datang ke Gua Leang-Leang, pengalaman menyaksikan lukisan purba ini terasa seperti melangkah ke lorong waktu. Andi, seorang mahasiswa arkeologi Universitas Hasanuddin, berpendapat, "Ini bukan sekadar gambar di dinding gua. Ini adalah bukti bahwa manusia sejak zaman purba telah memiliki pemikiran yang kompleks dan budaya yang kaya."
Gua Leang-Leang, dengan segala rahasianya, terus mengundang rasa penasaran dan kekaguman, seolah ingin berbisik bahwa manusia dan seni telah berjalan berdampingan sejak awal peradaban. Namun, tanpa langkah nyata untuk pelestarian, bisa jadi bisikan itu suatu hari nanti akan sirna bersama hilangnya jejak seni tertua di dunia ini.