GOWA,UNHAS.TV- Di sudut terpencil Kabupaten Gowa, di antara rak-rak buku yang telah lama senyap, sekelompok mahasiswa KKN Tematik Literasi Universitas Hasanuddin (UNHAS) Gelombang 114 datang membawa secercah harapan. Mereka bukan sekadar datang, melainkan menapaki langkah pengabdian di SD Inpres Passuakkang, Desa Manuju, dengan misi sederhana namun mulia: menghidupkan kembali denyut literasi di hati anak-anak.
Sejak pertengahan Juli hingga pertengahan Agustus 2025, perpustakaan sekolah yang sederhana itu menjadi panggung utama. Namun, para mahasiswa ini tidak hanya sekadar membenahi koleksi buku. Lebih dari itu, mereka menyulap ruangan itu menjadi ruang belajar yang hidup—tempat imajinasi anak-anak dapat melesat, menembus batas-batas halaman cerita. Buku-buku diklasifikasikan ulang berdasarkan tema dan jenjang usia, sistem peminjaman yang lebih tertib dan mudah diakses pun dibentuk.

Tim KKN Tematik Literasi UNHAS Gelombang 114 berfoto bersama di perpustakaan SD Inpres Passuakkang, Desa Manuju, Kabupaten Gowa. Selama sebulan penuh, mereka mendedikasikan diri untuk menghidupkan kembali minat baca anak-anak melalui program inovatif seperti penataan perpustakaan dan kegiatan membaca bersama. Senyum yang terpancar bukan hanya kebanggaan atas selesainya program, melainkan juga harapan bahwa semangat literasi akan terus menyala di hati siswa-siswi. Kredit: Mahasiswa KKN Unhas.
Namun, inovasi yang paling menghidupkan adalah program membaca bersama. Setiap jam istirahat dan usai pelajaran, anak-anak diajak duduk melingkar, berbagi cerita, dan menyelami dunia baru yang tersembunyi di balik kata-kata. Dari sinilah, tercipta suasana akrab yang menghubungkan anak-anak dengan buku, mengubah membaca dari sekadar kewajiban menjadi sebuah petualangan seru.
Daniya Khairiya, salah satu mahasiswa KKN sekaligus penanggung jawab program, menjelaskan bahwa keberhasilan program ini tidak hanya dilihat dari buku yang tertata rapi. Pencapaian sejati, menurutnya, adalah antusiasme anak-anak. "Kami ingin menciptakan ekosistem literasi yang berkelanjutan, meskipun dengan fasilitas terbatas," ujarnya. Baginya, literasi bukan hanya tentang membaca, melainkan jembatan menuju masa depan yang lebih cerah.
Daniya juga menambahkan bahwa keterlibatan aktif anak-anak menjadi indikator utama keberhasilan. "Tujuan kami sederhana: menciptakan ruang di mana anak-anak merasa nyaman untuk membaca, bertanya, dan bermimpi. Kalau itu bisa terus hidup setelah kami pergi, maka pengabdian ini tak sia-sia," tuturnya.
.webp)
Sesi 'Membaca Bersama' yang menjadi bagian inti dari program KKN Tematik Literasi UNHAS. Seorang mahasiswa dengan sabar membimbing dan mengajak dua siswi SD Inpres Passuakkang untuk menyelami cerita dari sebuah buku. Momen ini bukan sekadar kegiatan, melainkan upaya menciptakan ruang nyaman agar anak-anak dapat berinteraksi dengan buku, menumbuhkan kecintaan pada literasi yang akan menjadi bekal masa depan. Kredit: Mahasiswa KKN Unhas.
Meskipun program KKN Tematik Literasi ini telah usai, jejaknya tak pudar. Semangat baru kini tumbuh dalam diri siswa-siswi. Kebiasaan membaca perlahan mulai bersemi, dan harapan akan masa depan pendidikan yang lebih baik pun kembali menyala. Kisah ini membuktikan bahwa pengabdian tak harus selalu besar dan megah. Terkadang, ia hadir dalam bentuk sederhana: mendengarkan anak membaca dengan lantang, menata buku dengan penuh hati, atau membuka jendela dunia lewat satu cerita.
Melalui tangan-tangan mahasiswa KKN UNHAS, literasi bukan hanya diajarkan, melainkan dihidupkan. Ia menjadi cahaya kecil yang mampu menerangi ruang-ruang gelap di pelosok negeri, menumbuhkan harapan di antara rak buku yang telah lama senyap.