Hiburan
Opini

MUFASA, Moses, dan Ritus Antropologis

Oleh: Yusran Darmawan*

Di hari natal, saya menonton Mufasa bersama keluarga. Mufasa adalah ayah dari Simba yang tersohor dalam The Lion King, animasi yang di satu masa menjadi tambang uang bagi Disney.

Kali ini, Simba hanya jadi figuran. Tokoh utama adalah bapaknya, Mufasa, yang dituturkan ulang oleh Rafiki, seekor babon, kepada putri Simba, Kiara. 

Kisah Mufasa mengantarkan kita pada petualangan seekor singa muda di rimba raya Afrika, berjumpa singa lain, Taka, kemudian saling mengangkat saudara. 

Mufasa kecil terpisah dari keluarganya saat banjir besar, sehingga terpaksa dirinya harus bergabung dengan kawanan lain. Dia tidak seratus persen diterima, makanya hanya diminta bergaul dengan singa betina, yang kemudian melatihnya hingga menjadi pemburu handal.

BACA: Kisah Moana yang Mengingatkan pada The Voyage to Marege

Di titik ini, kisah Mufasa mengingatkan pada Musa (Moses) dalam film The Ten Commandments. Mufasa ibarat Musa yang dipungut anak oleh bangsawan, lalu dibesarkan bersama Ramses (dalam hal ini Taka), hingga akhirnya bertualang bersama, lalu di satu simpangan, takdir memisahkan mereka.

Saya menyukai kisah perjalanan seseorang, dari bukan siapa-siapa menjadi siapa. From zero to hero. From nothing to something. Tentunya, bagian paling menarik adalah proses transformasi dari bukan siapa-siapa menjadi siapa.

Mufasa persis Musa yang merasa terpanggil untuk menyelamatkan umatnya di tanah yang dijanjikan. Musuhnya jauh lebih kuat. Musuhnya lebih perkasa, tetapi Mufasa sanggup menggerakkan semua hewan lain untuk menyabung nyawa demi cita-cita hidup bersama. Hingga akhirnya dia menjadi raja rimba.


>> Baca Selanjutnya