SIDOARJO, UNHAS.TV - Insiden tragis menimpa Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny di Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, Senin (29/9/2025) sore.
Bangunan musala tiga lantai yang masih dalam tahap penyelesaian ambruk saat ratusan santri sedang melaksanakan salat Asar berjamaah, menewaskan satu santri dan melukai puluhan lainnya. Hingga Selasa pagi ini, proses evakuasi dan perawatan korban masih berlangsung.
Menurut pengasuh ponpes, Abdus Salam Mujib, ambruknya bangunan disebabkan oleh kegagalan penopang beton pada tahap pengecoran akhir di lantai atas. "Sepertinya penopang cor itu tidak kuat. Jadi seperti menopang ke bawah," ujarnya kepada wartawan.
Proses pembangunan musala ini telah berlangsung selama sekitar 9-10 bulan, dan pengecoran terakhir dimulai pagi hari Senin. Saat kejadian sekitar pukul 15.00 WIB, lebih dari 100 santri berada di lantai bawah musala untuk salat berjamaah.
Seorang santri kelas VII Madrasah Tsanawiyah (MTs) Al-Khoziny bernama Wahid (13 tahun) menjadi salah satu saksi mata yang berhasil menyelamatkan diri. "Ketika masuk rakaat kedua, bagian ujung mushola ambruk, lalu merembet ke bagian lain gedung. Saya langsung ajak teman-teman evakuasi," ceritanya.
Sementara itu, santri Muhammad Rijalul Qoib (13 tahun) asal Sampang, Madura, juga selamat meski mengalami luka ringan. Suara gemuruh disertai getaran seperti gempa terdengar hingga ke rumah warga sekitar, memicu kepanikan massal.
Data sementara dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sidoarjo menyebutkan bahwa sebanyak 79 santri telah dievakuasi dari reruntuhan, dengan satu orang dinyatakan meninggal dunia di tempat kejadian.
Korban luka dibagi menjadi tiga kategori: luka ringan, luka sedang, dan luka berat. Puluhan ambulans dari RSUD Sidoarjo, RS Notopuro, RS Delta Surya, serta RS Siti Hajr dikerahkan untuk membawa korban ke rumah sakit terdekat.
Hingga malam hari, 19 ambulans masih berjaga di lokasi, sementara tim gabungan BPBD, polisi, TNI, dan relawan menggunakan ekskavator untuk membersihkan puing-puing.
Pejabat tinggi turun langsung menangani situasi. Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Dardak memimpin evakuasi dan berkoordinasi dengan bupati setempat. Gubernur Khofifah Indar Parawansa juga meninjau lokasi, menekankan bahwa pencarian korban akan dilakukan hingga tuntas.
"Kami berduka cita atas kejadian ini. Semua santri adalah anak bangsa, dan pemerintah akan berikan bantuan penuh," kata Khofifah. Selain itu, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar menyampaikan belasungkawa dan menginstruksikan kader partai untuk memberikan bantuan kemanusiaan.
Warga setempat, termasuk Ketua RT 07 RW 03 Desa Buduran, Munir, mengaku terkejut dengan insiden ini. "Tiba-tiba ada suara gemuruh setelah salat Asar. Kami langsung bantu evakuasi, tapi kondisinya memilukan," ungkapnya. Saat ini, ponpes sementara mengalihkan kegiatan ke area terbuka untuk menghindari risiko lebih lanjut.
Pihak berwenang sedang menyelidiki penyebab pasti kejadian, termasuk kemungkinan kelalaian dalam proses konstruksi. Masyarakat diimbau untuk tidak menyebarkan hoaks dan mendukung proses penanganan resmi. Doa dan solidaritas dari berbagai kalangan terus mengalir untuk para santri dan keluarga korban. Hingga berita ini diturunkan, jumlah korban jiwa belum bertambah, meski kondisi beberapa santri kritis.(*)