Kesehatan
News

Nyaman tapi Berisiko, Bahaya Tersembunyi di Balik Klóset Duduk




Ketua Program Studi Sub Spesialis Bedah Digestif FK Unhas Prof Dr dr Warsinggih MKes SpB Subsp-BD (K). (dok unhas.tv)


Lalu, apakah solusi terbaik adalah kembali ke klóset jongkok? Menurut Prof. Warsinggih, bukan berarti klóset duduk harus dihindari sepenuhnya. Yang terpenting adalah penyesuaian.

“Gunakan penopang kaki untuk mengatur sudut tubuh agar lebih mendekati posisi jongkok,” saran Prof Warsinggih.

Alat ini akan membantu tubuh membentuk sudut ideal antara paha dan batang tubuh, sehingga proses buang air menjadi lebih lancar tanpa perlu mengejan berlebih.

Lebih dari itu, ia menekankan pentingnya membatasi waktu di toilet. “Idealnya tidak lebih dari 10 menit. Kalau lebih dari itu, berarti ada yang salah,” tegasnya.

Ambeien bukan satu-satunya risiko dari kebiasaan duduk terlalu lama di klóset. Gangguan lain seperti prolaps rektum dan fisura anus juga bisa mengintai.

Maka, memilih klóset seharusnya tidak hanya berdasarkan estetika atau tren, tetapi disesuaikan dengan kondisi fisik dan pola hidup penggunanya.

Tak ada salahnya menikmati kenyamanan teknologi sanitasi modern, selama tetap bijak dalam menggunakannya.

Seperti tubuh yang butuh istirahat, organ pencernaan pun punya cara kerjanya sendiri yang tak bisa dilawan. Dan seperti banyak hal lain dalam hidup: yang nyaman belum tentu sehat.

(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)