TEHERAN,UNHAS.TV – Di tengah dentuman artileri dan ketegangan geopolitik yang memanas, Republik Islam Iran menghadapi ancaman yang tak kasat mata namun tak kalah destruktif: perang siber. Sejak awal pecahnya konflik bersenjata dengan rezim Israel, serangkaian serangan siber masif telah menyasar jantung infrastruktur digital Iran, memaksa pemerintah untuk mengambil langkah drastis: pembatasan akses internet. Langkah ini, yang pada masa damai mungkin memicu protes, kini dipandang sebagai sebuah keniscayaan strategis dalam melindungi kedaulatan dan stabilitas nasional.
Ancaman Ganda: Militer dan Siber
Hari-hari pertama agresi musuh bukan hanya diwarnai oleh operasi militer konvensional, tetapi juga oleh gelombang serangan siber yang menargetkan sektor-sektor vital. Jaringan media, perbankan, dan pola-pola ekonomi strategis menjadi sasaran empuk. "Pada awal agresi, kami menyaksikan operasi siber besar-besaran di berbagai sektor seperti media, perbankan, dan pola ekonomi sensitif negara melalui internet," ungkap seorang pejabat Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi yang enggan disebut namanya.
Serangan siber ini bukan sekadar upaya iseng. Mereka dirancang untuk menciptakan kekacauan, mengganggu aliran informasi, dan memicu kepanikan di tengah masyarakat. Contohnya, upaya peretasan terhadap jaringan penyiaran nasional (IRIB), serangan siber ke infrastruktur Bank Sepah, dan baru-baru ini, serangan terhadap akun-akun pengguna di bursa mata uang kripto lokal, Nobitex. Ini menunjukkan upaya musuh untuk mengganggu kohesi nasional yang terbentuk untuk menghadapi agresi.

Inovasi tanpa batas dari Iran: Sebuah drone buatan dalam negeri yang dipamerkan, menunjukkan kemajuan pesat teknologi dirgantara bangsa dan negara Republik Islam Iran. Kredit: Hamshahri Online.
Drone dan Internet: Senjata Tak Terduga
Namun, dimensi yang paling mencengangkan dari kebutuhan akan pembatasan internet ini baru terungkap belakangan. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari sumber intelijen terpercaya, jaringan drone mikro (micro-drones) milik rezim Israel ternyata beroperasi menggunakan konektivitas internet. Ini adalah detail krusial yang mengubah perspektif banyak pihak.
"Seketika akses internet, terutama melalui kartu SIM, dihentikan, jaringan micro-drones musuh benar-benar lumpuh dan tidak berfungsi," jelas sumber tersebut. Dampaknya pun langsung terasa di medan pertempuran. Gangguan pada jaringan drone-drone kecil ini secara efektif mengacaukan kemampuan jet tempur rezim Israel yang mengandalkan informasi dari drone-drone tersebut untuk penargetan. Ini menunjukkan bagaimana musuh mencoba memanfaatkan infrastruktur internet untuk tujuan militer, bahkan di tingkat taktis.
Dilema dan Dukungan Publik
Tentu, pembatasan akses internet internasional ini telah menimbulkan kesulitan bagi banyak pengguna, mengganggu aktivitas sehari-hari, bahkan dalam kegiatan dakwah dan klarifikasi informasi. Namun, fakta bahwa pembatasan ini menghasilkan dampak positif dalam kondisi perang telah mengubah persepsi publik. Sebagian besar masyarakat memahami dan bahkan mendukung keputusan ini sebagai bagian dari upaya pertahanan nasional.
"Pembatasan ini dilakukan karena penyalahgunaan jaringan komunikasi oleh rezim Zionis untuk tujuan militer," tegas Kementerian Komunikasi dan Teknologi Informasi Iran dalam sebuah pernyataan resmi. Pernyataan ini bertujuan memberikan kejelasan kepada publik bahwa langkah ini adalah bagian dari strategi pertahanan siber yang lebih luas.
Pemerintah Iran juga telah menegaskan bahwa pembatasan ini bersifat sementara. Begitu kondisi perang mereda dan situasi kembali normal, akses internet akan dikembalikan seperti sedia kala. Ini adalah janji yang diharapkan dapat meredakan kekhawatiran jangka panjang di kalangan pengguna.
Dalam konteks perang modern, medan pertempuran tidak lagi terbatas pada darat, laut, dan udara. Ruang siber kini menjadi garis depan baru, dan mengamankan "wilayah" digital menjadi sama vitalnya dengan mempertahankan perbatasan fisik. Pembatasan akses internet, meski memberatkan, adalah tameng yang dipandang perlu untuk menjaga kedaulatan Iran dari ancaman yang datang dari dunia maya.(*)