MAKASSAR, UNHAS.TV- Di balik gemerlapnya pantai-pantai Amerika Serikat, tersembunyi ancaman yang tak kasatmata: mikroplastik. Sebuah studi terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Research pada 15 Februari 2025, mengungkap korelasi yang mengkhawatirkan antara konsentrasi mikroplastik di perairan pesisir dengan masalah kesehatan yang diderita masyarakat sekitarnya.
Tim peneliti dari Universitas Negeri Florida dan Universitas Negeri Arizona menganalisis lebih dari 200 lokasi pesisir di AS, dan menemukan bahwa penduduk di wilayah dengan konsentrasi mikroplastik tinggi memiliki risiko kesehatan yang signifikan. Secara rinci, mereka 16 persen lebih rentan mengalami disabilitas yang menghambat perawatan diri, 9 persen lebih rentan terhadap gangguan kesehatan mental yang memengaruhi daya pikir dan ingatan, serta 6 persen lebih berisiko mengalami gangguan mobilitas.
"Temuan ini membuka mata kita terhadap dampak mikroplastik yang lebih luas dari yang kita duga," ujar Dr. Sargo Ganatra dari Rumah Sakit dan Pusat Medis Lahey di Burlington, Massachusetts. "Mikroplastik bukan hanya masalah lingkungan, tetapi juga masalah kesehatan masyarakat yang mendesak."
Perjalanan Mikroplastik: Dari Laut ke Otak Manusia
Kekhawatiran akan bahaya mikroplastik semakin diperkuat oleh penelitian lain yang dipublikasikan dalam jurnal Science pada 22 Januari 2025. Studi yang dipimpin oleh Haipeng Huang dari Universitas Peking ini mengungkap bagaimana mikroplastik dapat menembus penghalang darah-otak dan menyebabkan kerusakan neurologis.
Melalui eksperimen pada tikus, para peneliti menunjukkan bahwa mikroplastik dapat masuk ke pembuluh darah melalui proses fagositosis oleh sel imun. Sel imun yang terkontaminasi ini kemudian mengalir ke otak, menyumbat pembuluh darah kecil dan menyebabkan penurunan aliran darah yang mirip dengan stroke. Tikus yang mengalami penyumbatan ini menunjukkan gangguan motorik dan perilaku abnormal.
"Penelitian Huang memberikan bukti kuat bahwa mikroplastik dapat memiliki dampak langsung pada otak," kata Dr. Ganatra. "Meskipun penelitian ini dilakukan pada tikus, implikasinya bagi kesehatan manusia sangat jelas."