MAROS, UNHAS.TV – Hawa siang di SMPN 17 Marusu, Kabupaten Maros, pada 29 September 2025 terasa berbeda. Bukan sekadar penutupan program, tapi sebuah janji yang disemai: janji untuk mengakhiri lingkaran stunting demi lahirnya "Generasi Emas" dari pelosok Maros.
Inilah akhir dari perjalanan Tim FORMA Kesmas FKM Unhas dalam program SIPATOKKONG BERNUTRISI, sebuah ikhtiar mahasiswa untuk mengoptimalkan pemberdayaan masyarakat dalam isu gizi krusial ini.
Acara penutupan menjadi panggung refleksi, di mana tawa, pelajaran, dan harapan berkumpul, menegaskan bahwa perubahan gizi dimulai dari kesadaran di tingkat sekolah.
Ketika Sekolah Menjadi Benteng Pertama
Kehadiran para pemangku kepentingan, mulai dari Kepala Sekolah SMPN 17 Marusu hingga perwakilan Dinas Pendidikan Kabupaten Maros, bukan sekadar formalitas. Itu adalah simbol kolaborasi multisektor yang menjadi kunci keberhasilan.
“Kami sangat berterima kasih,” ujar Kepala SMPN 17 Marusu dengan nada tulus. “Melalui program ini, terutama para remaja putri kami, mereka mendapat bekal penting: edukasi kesehatan remaja dan pencegahan anemia. Harapan kami, kegiatan ini terus berlanjut. Sebab, sekolah kini menjadi benteng pertama dalam mendukung lahirnya generasi yang sehat dan cerdas.”
Pernyataan ini diamini oleh perwakilan Dinas Pendidikan. Program yang menyentuh langsung denyut nadi masyarakat ini bahkan telah mendapat sambutan hangat dari Bupati. “SIPATOKKONG BERNUTRISI ini sangat bagus,” ungkap Kepala Bidang SMP.
“Kami berharap kegiatan serupa hadir di wilayah lain. Semakin banyak masyarakat yang merasakan manfaatnya, semakin dekat kita pada cita-cita pencegahan stunting dan peningkatan kualitas gizi.”
Empat Pilar Cinta untuk Generasi Penerus
Jantung dari SIPATOKKONG BERNUTRISI adalah empat pilar kegiatan yang dirancang menyasar kelompok usia paling rentan, dari janin hingga remaja:
- SKOR CILIK: Skrining dini risiko stunting yang dilakukan bersama bidan desa, memastikan intervensi bisa dilakukan sejak dini pada balita.
- CERGAS: Bukan sekadar masak, tapi demonstrasi yang mengubah bahan pangan lokal menjadi santapan bergizi optimal bagi ibu hamil dan ibu balita.
- CENDEKIA: Menyentuh hati anak usia dini dengan dongeng, lagu, dan camilan sehat, menjadikan edukasi gizi sebagai pengalaman yang menyenangkan.
- CEMARA: Fokus pada remaja putri sebagai calon ibu, dengan edukasi mendalam tentang anemia dan pemberian tablet tambah darah, memutus rantai stunting dari hulu.
Seluruh rangkaian kegiatan ini tidak hanya sekadar aksi lapangan, tetapi juga perwujudan nyata dukungan terhadap target global Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin SDG 2 (Zero Hunger) dan SDG 3 (Good Health and Well-being).
Jejak Dedikasi Belasan Mahasiswa
Di balik nama program yang sarat makna, ada dedikasi belasan mahasiswa dari berbagai disiplin ilmu di FKM Unhas.
Diketuai oleh Fania Dian Ananta dari Kesehatan Lingkungan, tim ini beranggotakan mahasiswa dari Gizi, K3, Manajemen Rumah Sakit, Epidemiologi, hingga Biostatistik—sebuah bukti bahwa isu stunting membutuhkan pendekatan yang multidisiplin.
Di bawah bimbingan dosen Ryryn Suryaman Prana Putra, S.KM., M.Kes, mereka memastikan bahwa teori di kelas diterjemahkan menjadi aksi nyata yang berdampak.
Penutupan program ini bukanlah akhir cerita. Bagi Tim FORMA Kesmas FKM Unhas, ini adalah awal dari komitmen yang lebih besar: memperkuat kesadaran, membangun kemitraan strategis antara sekolah, pemerintah, dan masyarakat, demi memastikan setiap anak di Maros tumbuh optimal, sehat, dan bebas stunting.
Kisah mereka adalah pengingat bahwa masa depan generasi emas Indonesia dipupuk hari ini, dengan ilmu, kepedulian, dan kolaborasi.