Unhas Figure

Peranakan Tionghoa Makassar, Arwan Tjahjadi: Lestarikan Budaya

”Leluhur datang dari Tiongkok dan kawin-mawin dengan orang lokal. Dan jadilah suku Tionghoa peranakan Makassar. Kalau kita melihat kembali jalur cerita Sawerigading dan We Cudai, kita kenal dengan La galigo, La Galigo lah orang peranakan,” katanya.

Kegiatan perayaan pentas seni budaya ini juga merupakan kegiatan rutin yang dilakukan peranakan Tionghoa di Makassar dan sudah terbangun dari sembilan tahun lalu.

Namun perayaannya sempat vakum karena masa pandemi, dan kegiatan ini merupakan kegiatan ke-4 dari seluruh rangkaian kegiatan yang dilaksanakan sembilan tahun lalu.

”Wadah ini sesungguhnya sudah terbentuk sejak sembilan tahun lalu, dan itu digagas oleh saya. Karena saya berpikir komunitas kita perlu berhimpun, berhimpun bukan untuk exclusive. Tapi berhimpun untuk kita semakin dekat, lebih dari itu kita ingin menyampaikan bahwa komunitas kita ada,” jelasnya kepada Unhas TV.

Acara ini juga menghidangkan banyak kuliner peranakan seperti kue-kue khas peranakan Tionghoa yang dibuat langsung ibu-ibu peranakan Tionghoa. Tersedia juga kue-kue khas Makassar dan ditaksir telah tersedia sebanyak 100 kue tradisional dalam perayaan ini.

”Lalu kita juga menggelar semua hidang-hidangan peranakan, termasuk kue-kue peranakan. Ada banyak kue kue peranakan, mungkin ada lebih 100 yang mana sudah dipersiapkan oleh emak emak yang lebih senior dari saya dan ingin memberikan rasa cicipan bagaimana racikan masa lalu,”’ katanya.

Program kegiatan ini juga bertujuan untuk melestarikan budaya karena menurutnya meskipun terlahir dengan ras Tionghoa yang dikenal dengan budayanya yang sangat kental, Arwan tetap harus memahami dan dapat menyatukan antara budaya Tionghoa dengan budaya lokal Indonesia khususnya Makassar, yang telah menjadi tempat tinggalnya.

BACA SELANJUTNYA

>> Baca Selanjutnya