Dalam proses pernikahan adat Tionghoa peranakan Makassar ini juga terdapat adat khas pengantin Makassar, yaitu Korongtigi yang juga dilaksanakan pada proses pernikahan peranakan Tionghoa Makassar.
Mantan caleg ini juga menjelaskan bahwa sejatinya tradisi tionghoa sendiri memiliki nilai budaya yang sangat kental, bahkan adat-adat ini telah dilakukan dari bayi lahir, seperti upacara pada waktu anak dilahirkan, ritual pada saat cukur pertama, proses dilamar, perkawinan, hingga kematian.
Ia juga menjelaskan budaya unik etnis Tionghoa, untuk mempertemukan talipusar anak yang sudah kering dan mengerut untuk dipertemukan dengan talipusar milik saudara anak lainnya, yang dimana budaya ini bertujuan agar persaudaraan anak-anak mereka kelak diharapkan akan hidup rukun bersama-sama dalam tali persaudaraan.
”Jadi semua proses dari saat kelahiran dan kematian semua ada prosesinya, yang entah siapa yang mendahului membuat titik start, tapi kita ingin bahwa sejarah lalu yang ditinggalkan kepada saat kita," ujarnya.
Dalam organisasi ini, Arwan menceritakan mengenai panggilan khusus yang diberikan bagi para peranakan Tionghoa Makassar, seperti panggilan Baba’ untul laki-laki dan nona untuk perempuan. Panggilan ini ditetapkan dalam organisasi ini dengan tidak memandang umur, meskipun dia tua atau muda jika ia perempuan maka akan diberikan panggilan Nona dan jika laki-laki akan diberikan panggilan Baba’.
Anwar berharap dengan adanya perayaan rutin kegiatan ini, dapat memperkuat silaturahmi bagi seluruh peranakan Tionghoa Makassar dalam tali persaudaraan untuk menjaga kelestarian budaya dalam organisasi ini.
”Kita menghimpun sebuah tali Persaudaraan etnis Tionghoa peranakan Makassar, tentunya kita berharap bahwa, culture budaya kita, kita gali dan kita lestarikan sehingga kita lebih benar dan mencintai Indonesia,” ujarnya.