Oleh: Ismail Amin, M.A.*
Judul tulisan ini saya ambil dari inti pesan Kementerian Luar Negeri Republik islam Iran pada Hari Natal tahun ini. Lengkapnya, “Selamat Natal dan Tahun Baru untuk semua umat Kristen di seluruh dunia, dan untuk rekan-rekan Kristen kita di Iran. Natal adalah kesempatan untuk mengingatkan diri kita tentang ajaran agung Nabi Yesus Kristus yang menyerukan keadilan, perdamaian, kasih, dan kasih sayang. Iran bangga dengan sejarahnya yang kaya akan koeksistensi dan persahabatan di antara agama-agama dan budaya-budaya Ibrahimik.”
Senafas dengan ucapan itu, saya sebagai seorang Muslim melalui tulisan ini, ingin menyampaikan rasa hormat yang mendalam terhadap semangat Natal, yang tidak hanya dirayakan sebagai tradisi keagamaan tetapi juga sebagai perayaan cinta universal. Natal bagi umat Kristiani adalah momen yang penuh suka cita. Merayakan Natal adalah memperingati kelahiran Yesus Kristus, sang pembawa pesan kasih sayang dan perdamaian bagi seluruh umat manusia.
Namun, di tengah kebahagiaan Natal, mari kita sejenak merenungkan makna mendalam dari pesan Yesus Kristus: kasih kepada sesama dan pembelaan kepada yang tertindas. Dengan spirit itu, saya ingin mengajak saudara-saudara Kristiani untuk bersama-sama peduli terhadap nasib bangsa Palestina, tanah kelahiran Yesus yang hingga kini masih mengalami penjajahan dan penindasan oleh rezim Israel.
Yesus Kristus dan
Solidaritas untuk yang Lemah
Yesus Kristus lahir di Betlehem, sebuah kota kecil di Palestina. Dalam sejarah, Yesus adalah sosok yang berdiri untuk mereka yang menderita, yang tertindas, dan yang diabaikan oleh kekuasaan. Ketika Yesus berkata, “Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri” (Matius 22:39), ia tidak membatasi kasih itu hanya kepada orang-orang yang satu agama, satu bangsa, atau satu kelompok. Kasih Yesus adalah kasih universal yang melampaui semua sekat.
Pesan kasih ini relevan dengan situasi Palestina hari ini. Bangsa Palestina, termasuk saudara-saudara kita yang Kristiani, menghadapi penderitaan luar biasa akibat pendudukan Israel. Mereka kehilangan tanah, rumah, dan bahkan kebebasan mereka. Tidak hanya itu, tempat-tempat suci umat Kristiani seperti Gereja Kelahiran di Betlehem juga menghadapi ancaman dari penjajahan.
“Jika Yesus ada di antara kita hari ini,” kata pemimpin spritual Iran Ayatullah Khamenei dalam pesan Natalnya, “dia tidak akan ragu sedikit pun untuk melawan para pemimpin penindasan dan arogansi global, dia juga tidak akan menoleransi kelaparan dan pengungsian miliaran orang yang didorong oleh kekuatan hegemonik ke dalam perang, korupsi, dan kekerasan.”
Benar, jika Yesus
sezaman dengan kita, kita dapat membayangkan bagaimana Ia akan berdiri di sisi
mereka yang menderita, menyerukan perdamaian sejati, dan melawan ketidakadilan.
Dengan spirit itu, kita sebagai pengikut ajaran kasih Yesus, terlepas dari apapun
agamanya, mau muslim, mau Kristen, mari turut bersuara untuk keadilan bagi
Palestina.
Palestina: Tanah
Suci yang Terluka
Bagi umat Kristiani, Palestina bukan sekadar wilayah geografis, tetapi juga tanah suci yang menjadi saksi kelahiran dan pelayanan Yesus. Namun, ironisnya, tanah yang seharusnya menjadi simbol kedamaian ini justru menjadi arena konflik yang tak berkesudahan.
Di Palestina, ribuan keluarga kehilangan rumah mereka, anak-anak tumbuh di bawah ancaman senjata, dan generasi demi generasi hidup dalam ketidakpastian. Saudara-saudara Kristiani Palestina di Tepi Barat, juga menghadapi diskriminasi dan pembatasan dalam menjalankan ibadah di tempat-tempat suci mereka. Di Gaza, bukan hanya masjid yang hancur oleh serangan jet tempur Israel, tapi juga gereja-gereja. Apakah ini sesuai dengan pesan damai yang diajarkan Yesus?
Isu Palestina bukan hanya isu agama, tetapi isu kemanusiaan. Ketika kita mendukung hak-hak Palestina, kita tidak sedang berpihak pada agama tertentu, tetapi berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh Yesus Kristus, Nabi Muhammad saw., dan para nabi lainnya.
Natal sebagai Momentum untuk Peduli
Saudara-saudaraku Kristiani. Natal adalah waktu yang tepat bagi anda untuk merenungkan bagaimana dapat mewujudkan kasih dan perdamaian di dunia ini. Merayakan Natal bukan hanya tentang lilin dan lagu pujian, tetapi juga tentang bagaimana anda membawa cahaya bagi mereka yang hidup dalam kegelapan penderitaan.
Mendukung Palestina adalah salah satu cara anda untuk mewujudkan pesan Natal. Ketika anda berdoa untuk damai di bumi, sertakanlah Palestina dalam doa itu. Ketika anda berbicara tentang kasih, mari bersama kita tunjukkan kasih itu kepada mereka yang membutuhkan uluran tangan kita.
Saya percaya, sebagai umat Kristiani yang merayakan kelahiran Yesus, saudara-saudara memiliki panggilan moral untuk mendukung mereka yang tertindas. Dalam semangat Natal, mari kita jadikan Palestina sebagai bagian dari perhatian kita, bukan karena alasan politik, tetapi karena alasan kemanusiaan.
Menjawab Panggilan Yesus untuk Perdamaian
Yesus Kristus adalah pembawa damai. Dalam Matius 5:9, Ia berkata, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.” Dalam konteks Palestina, membawa damai berarti mendukung perjuangan untuk keadilan. Perdamaian sejati tidak akan pernah terwujud tanpa keadilan.
Penjajahan, penindasan, dan diskriminasi yang dialami rakyat Palestina adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai kemanusiaan yang diajarkan oleh Yesus. Jika anda ingin menjadi pembawa damai seperti yang Yesus ajarkan, maka sudah semestinya anda harus bersuara untuk keadilan bagi Palestina.
Karena itulah, banyak komunitas Kristen Arab, seperti umat Kristen di Palestina, Lebanon, Suriah, dan Yordania, secara historis telah menjadi bagian integral dari perjuangan melawan pendudukan Zionis. Mereka tidak hanya mendukung secara spiritual tetapi juga terlibat langsung dalam perjuangan politik dan sosial untuk kebebasan Palestina.
George Habash, seorang Kristen Palestina, adalah pendiri Front Populer untuk Pembebasan Palestina (PFLP), yang dikenal sebagai kelompok perjuangan kiri revolusioner pro-Palestina. Edward Said, intelektual Kristen Palestina, dikenal di dunia internasional karena kritiknya terhadap Zionisme dan advokasinya untuk hak-hak Palestina melalui karya akademik dan publikasi. Desmond Tutu, uskup Anglikan Afrika Selatan, meskipun bukan Arab, adalah salah satu pemimpin Kristen global yang terang-terangan mendukung perjuangan Palestina dan menyamakan Zionisme dengan apartheid.
Gereja-gereja Kristen Timur, seperti Gereja Ortodoks Yunani, Gereja Katolik Maronit, dan Gereja Koptik, secara umum menolak ideologi Zionisme karena dianggap bertentangan dengan prinsip keadilan dan kedamaian universal. Banyak pemimpin gereja ini secara aktif berbicara menentang pendudukan Israel dan menyuarakan hak pengungsi Palestina untuk kembali. Belum lagi kalau kita melihat gerakan global pro Palestina di negara-negara Eropa dan Amerika, dimotori oleh organisasi-organisasi Kristen.
Karenanya, sekali lagi, mari melihat isu Palestina bukan sebagai isu keagamaan semata, tetapi sebagai isu universal. Saudara-saudara Kristiani di Palestina adalah bagian dari perjuangan yang sama dengan saudara-saudara Muslim mereka. Dalam penderitaan, mereka bersatu sebagai bangsa yang tertindas.
Solidaritas lintas agama untuk Palestina adalah bukti bahwa cinta dan keadilan melampaui perbedaan keyakinan. Natal adalah waktu yang tepat untuk memperkuat solidaritas ini. Dalam semangat Yesus yang mengajarkan kasih tanpa syarat, mari kita bersama-sama, Muslim dan Kristiani, bekerja untuk mewujudkan dunia yang lebih adil.
Natal dan Harapan untuk Palestina
Natal adalah momen harapan. Ia mengingatkan kita bahwa di tengah kegelapan, selalu ada cahaya. Di tengah penderitaan Palestina, kita adalah harapan itu. Ketika kita bersuara untuk mereka, kita menyalakan cahaya di tengah kegelapan. Saudara-saudara Kristiani, mari kita jadikan perayaan Natal ini sebagai momen untuk merenungkan makna kasih dan perdamaian yang Yesus Kristus ajarkan.
Selamat Natal, semoga cahaya kasih dan damai memenuhi hati kita semua, dan semoga Palestina segera merdeka, sebagaimana yang Yesus impikan untuk dunia ini: damai, adil dan penuh kasih sayang.
*Penulis, Mahasiswa S3 Universitas Internasional Almustafa Iran
Ketua Umum Kerukunan
Keluarga Sulawesi (KKS) Iran 2023-2025