MAKASSAR, UNHAS.TV- Dalam salah satu serangan siber terbesar dalam sejarah kripto, platform pertukaran aset digital Bybit menjadi target peretasan besar yang diduga dilakukan oleh kelompok hacker Korea Utara, Lazarus Group. Peretasan ini menyebabkan hilangnya aset senilai sekitar 1,4 miliar dolar AS atau setara dengan Rp23 triliun, menimbulkan gelombang kepanikan di kalangan investor.
Dibalik Peretasan: Strategi Canggih Lazarus
Menurut laporan Cointelegraph (22/2), Lazarus Group dikonfirmasi sebagai dalang serangan ini berdasarkan analisis dari Arkham Intelligence dan pakar keamanan blockchain ZachXBT. Para peretas, menurut Coinvestasi (21/2) menggunakan metode "Blind Signing", sebuah teknik yang memungkinkan transaksi disetujui tanpa menampilkan keseluruhan isinya. Dengan cara ini, mereka berhasil mengakses dompet dingin Ethereum milik Bybit dan memindahkan dana dalam jumlah besar ke satu dompet sebelum akhirnya didistribusikan ke puluhan dompet lainnya.
Ben Zhou, CEO Bybit, menjelaskan bahwa para peretas menggunakan antarmuka tersembunyi dan alamat internet khusus yang menipu sistem tanda tangan dompet, sehingga memungkinkan transaksi berbahaya tanpa terdeteksi. Serangan ini mengakibatkan perubahan dalam logika kontrak pintar dan memungkinkan Lazarus untuk mengambil alih kontrol penuh atas dompet dingin Ethereum milik Bybit.
Reputasi Lazarus sebagai Ancaman Siber Global
Lazarus Group bukanlah nama baru dalam dunia kejahatan siber. Kelompok ini telah aktif lebih dari satu dekade dan bertanggung jawab atas berbagai serangan besar, termasuk peretasan Sony Pictures pada 2014 dan penyebaran ransomware WannaCry pada 2017. Laporan Forbes juga mengungkap bahwa Lazarus diduga menjalankan operasi ini sebagai bagian dari strategi pemerintah Korea Utara untuk mendanai program militer mereka. Diperkirakan sekitar 30 persen dari anggaran program misil Korea Utara bersumber dari kejahatan siber terkait aset kripto.
Para peretas Lazarus, menurut cointelegraph (22/2) diketahui membagi dana hasil peretasan ke lebih dari 40 dompet, mengubah aset stETH, cmETH, dan mETH menjadi Ethereum, lalu mengalirkannya secara sistematis dalam pecahan sebesar 27 juta dolar ke berbagai dompet lain. Kini, mereka menguasai lebih dari 500.000 Ethereum—lebih banyak daripada jumlah yang dimiliki oleh Vitalik Buterin, pendiri Ethereum, yang diketahui memiliki sekitar 240.000 Ethereum.