News

Rektor Unhas Tawarkan Model Dapur MBG Berbasis Sains

MAKASSAR, UNHAS.TV — Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas) Prof. Dr. Jamaluddin Jompa, MSc menegaskan, Unhas siap memberikan rekomendasi serta merancang model dapur Makan Bergizi Gratis (MBG) berbasis sains dan profesi.

“Unhas siap merancang model dapur MBG berbasis sains yang melibatkan berbagai disiplin ilmu,” katanya di Makassar, Rabu (10/9/2025).

Ia menjelaskan, pakar gizi akan memastikan kebutuhan nutrisi anak terpenuhi sesuai standar WHO, sementara tenaga kedokteran dapat memantau dampaknya terhadap kesehatan masyarakat.

“Selain itu, ahli teknologi pangan akan mengembangkan metode pengolahan yang efisien dan higienis, sedangkan ilmu sosial berperan meneliti penerimaan masyarakat serta aspek keadilan distribusi,” tambahnya.

Sebelumnya, Kepala BPOM Taruna Ikrar menegaskan komitmen lembaganya dalam memperkuat pengawasan MBG, mulai dari keamanan pangan, mutu gizi, hingga rantai pasok.

“Program MBG bukan sekadar program bantuan makanan. Ini adalah investasi jangka panjang. Jika generasi muda kita sehat dan cerdas, fondasi Indonesia Emas 2045 akan semakin kuat,” ucap Taruna.

BPOM juga memperkuat pendampingan teknis, uji laboratorium, dan edukasi keamanan pangan hingga ke dapur penyedia makanan bergizi.

Dalam forum Silaturahmi Nasional Gabungan Pengusaha Dapur Makanan Bergizi Indonesia (Gapembi) di Jakarta, peran organisasi penyedia dapur bergizi ditegaskan sebagai mitra penting untuk menjaga standar tinggi penyediaan makanan.

Prof. JJ menambahkan, dapur MBG tidak boleh hanya dipahami sebagai ruang produksi makanan massal, melainkan harus dikelola seperti laboratorium sosial dan pusat pembelajaran.

Di sana, standar akademik diterapkan untuk memastikan setiap proses, mulai dari pemilihan bahan baku, pengolahan, hingga distribusi, berjalan sesuai kaidah kesehatan, gizi, dan keberlanjutan lingkungan.

Ia menekankan, model dapur seperti ini bukan hanya soal memasak dan menyajikan makanan, tetapi juga tentang edukasi dan penelitian berkelanjutan. Setiap dapur dapat menjadi tempat praktik mahasiswa, sumber data riset, dan bahkan inkubator inovasi pangan lokal.

Dengan pendekatan ilmiah tersebut, program MBG tidak hanya memberi makan anak bangsa, tetapi juga melahirkan ekosistem pengetahuan yang berkontribusi pada pembangunan kesehatan publik.

“Kalau kita berhasil menjadikan dapur MBG sebagai model berbasis sains dan profesi, maka kita bukan hanya menyiapkan generasi yang sehat dan cerdas, tetapi juga menanamkan budaya makan bergizi yang bisa diwariskan lintas generasi,” ujarnya.

Lebih jauh, Prof. JJ menegaskan peran Unhas sebagai kampus riset di kawasan timur Indonesia.

“Sebagai perguruan tinggi riset, Unhas memiliki mandat untuk menghasilkan rekomendasi berbasis ilmu pengetahuan. Kami ingin memastikan bahwa MBG bukan sekadar program karitatif, tetapi menjadi gerakan nasional yang ditopang oleh data, riset, dan inovasi. Dengan begitu, MBG akan lebih berkelanjutan dan punya dampak nyata bagi generasi muda,” tambahnya.

Dukungan Gapembi

Ketua Umum Gapembi, Alven Stony, menyebut dapur-dapur mitra harus bekerja dengan standar profesional. “Program MBG bukan hanya soal makanan, tetapi juga tentang keadilan sosial dan investasi jangka panjang bangsa,” katanya kepada menitindonesia.

Direktur Pemberdayaan Masyarakat dan Pelaku Usaha BPOM, Agus Yudi Prayudana, menambahkan pentingnya edukasi pelaku usaha kecil dalam penyediaan bumbu dan bahan pangan.

Ia menjelaskan, tidak semua bumbu bisa memperoleh izin PIRT. “Keamanan pangan adalah komitmen utama. Produk yang digunakan dalam MBG harus benar-benar aman, bermutu, dan bermanfaat,” ujarnya.

Dengan dukungan BPOM, peran Gapembi, serta inisiatif perguruan tinggi seperti Unhas, program MBG kian dipandang sebagai gerakan nasional bersama, bukan sekadar proyek pemerintah.