Ekonomi

Riset Dosen Unhas Cari Solusi UMKM di Pulau Samalona

Samalona

MAKASSAR,UNHAS.TV- Di pelukan birunya Laut Makassar, Pulau Samalona menghampar tenang bak permata kecil yang tersembunyi. Meski mungil, pulau ini menyimpan pesona yang memikat—dari panorama laut yang menyejukkan mata hingga pasir putih yang lembut menggoda langkah. Namun, lebih dari sekadar destinasi wisata, Samalona adalah ruang hidup yang menumbuhkan harapan para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang setia menjaga denyut ekonomi lokal di tengah terpaan ombak dan waktu.

Pada 18 Mei 2025, sekelompok akademisi dan peneliti dari Universitas Hasanuddin hadir di pulau ini. Mereka bukan datang sebagai wisatawan, melainkan sebagai bagian dari tim Thematic Research Group (TRG) bidang Human Resource Management and Behavioral Research yang tengah melakukan riset bertajuk “Pengembangan Human Capital, Kemampuan Berjejaring dan Dukungan Pemerintah sebagai Pendorong bagi Pertumbuhan Kinerja UMKM: Analisis Komparatif Pulau Wisata Samalona dan Pulau Langkawi.”

Riset ini dipimpin oleh Prof. Dr. Siti Haerani, SE, M.Si, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unhas. Bersama para dosen seperti Prof. Seniwati, M.Hum, Ph.D, Muh. Agung Ady Mangilep, SE, M.Si, dan Isnawaty Osman, SE, M.Buss, serta tiga mahasiswa dari jenjang S1 hingga S3, mereka menelusuri denyut nadi UMKM Samalona dari dekat.

Langkah mereka menyusuri toko-toko kecil, warung makan, tempat penyewaan peralatan menyelam, penginapan, hingga kerajinan tangan lokal. Tidak hanya melihat, mereka juga mendengar—mendengarkan kisah-kisah para pelaku UMKM yang setia menantikan kedatangan tamu-tamu dari luar, sambil menghadapi tantangan khas pulau terpencil.

“Kami ingin belajar bagaimana melayani tamu dengan baik, supaya mereka kembali lagi dan merekomendasikan ke teman-temannya,” ujar salah seorang pelaku UMKM dengan mata penuh harap.

Kebutuhan akan pelatihan pengelolaan usaha, terutama di bidang pemasaran digital dan pelayanan pelanggan, muncul sebagai suara dominan dalam wawancara-wawancara yang dilakukan. Banyak pelaku usaha merasa belum cukup terampil dalam mengoptimalkan media sosial dan platform digital lainnya. Hasilnya, informasi tentang penginapan atau layanan transportasi menuju Samalona menjadi sulit diakses oleh calon wisatawan.

Beberapa wisatawan yang ditemui pun mengeluhkan hal yang sama. Minimnya kehadiran UMKM lokal di media digital membuat mereka kesulitan menemukan informasi akurat tentang perjalanan dan fasilitas di pulau ini. Beberapa bahkan mengaku kecewa karena harus membatalkan rencana akibat rumitnya proses pemesanan.

Temuan-temuan ini memberikan gambaran bahwa meskipun Samalona memiliki pesona alam yang menawan, potensi tersebut belum sepenuhnya diimbangi dengan kesiapan sumber daya manusia dan teknologi informasi yang memadai.

Tim riset dosen Unhas yang dipimpin Prof. Dr. Siti Haerani, SE, M.Si menyerahkan cinderamata kepada tokoh masyarakat Pulau Samalona sebagai bagian dari riset TRG tentang pengembangan UMKM di kawasan wisata. Kredit: Tim Riset Dosen Unhas.
Tim riset dosen Unhas yang dipimpin Prof. Dr. Siti Haerani, SE, M.Si menyerahkan cinderamata kepada tokoh masyarakat Pulau Samalona sebagai bagian dari riset TRG tentang pengembangan UMKM di kawasan wisata. Kredit: Tim Riset Dosen Unhas.


TRG berharap riset ini tak hanya menjadi laporan ilmiah, tetapi juga menjadi pijakan kebijakan. Harapan mereka, pemerintah dan pemangku kepentingan dapat menggunakan temuan ini sebagai dasar untuk merancang program pelatihan berkelanjutan di bidang pemasaran digital, layanan pelanggan, dan manajemen keuangan. Tujuannya satu: meningkatkan daya saing dan keberlanjutan UMKM lokal di wilayah kepulauan.

Yang menarik, studi ini tak hanya berhenti di Samalona. Tim TRG juga akan menggelar analisis perbandingan dengan Pulau Langkawi di Malaysia—sebuah destinasi wisata yang telah lebih dahulu mengintegrasikan kekuatan pariwisata dan UMKM dalam skema pembangunan yang matang.

Dari Samalona ke Langkawi, riset ini mencoba menjawab satu pertanyaan besar: bagaimana seharusnya model pengembangan UMKM pariwisata di kawasan kepulauan disusun agar mampu menghadirkan manfaat yang nyata dan berkelanjutan?

Di ujung wawancara, seorang pelaku UMKM tersenyum sambil memandangi laut yang membentang. “Kalau ada pelatihan dan bantuan, mungkin usaha kami bisa lebih maju. Samalona bisa lebih dikenal, dan kami bisa hidup lebih baik.”

Harapan itu mengambang di udara, setenang gelombang Samalona. Dan mungkin, dengan sedikit dukungan, ia akan segera berlabuh.(*)