Oleh: Achmad Firdaus H.*
Rusia, negara yang kaya akan sumber daya alam dan luas wilayahnya membuat negara ini penuh dengan sumber daya energi dan mineral terbesar di dunia, menjadikannya produsen minyak dan produsen gas alam utama dunia.
Di bawah kepemimpinan Vladimir Putin, telah menjadi salah satu aktor utama dalam panggung geopolitik global. Namun, di balik kekuatan dan pengaruhnya, negara ini menghadapi tantangan serius yang akan menentukan masa depannya dalam jangka panjang.
Situasi politik Rusia saat ini sangat dipengaruhi oleh kepemimpinannya, yang telah berkuasa selama lebih dari dua dekade, baik sebagai Presiden maupun Perdana Menteri.
Pada tahun 2020, amendemen konstitusi disetujui, memungkinkan Putin untuk mencalonkan diri lagi dalam pemilihan presiden hingga tahun 2036. Hal ini menunjukkan bahwa Putin kemungkinan besar akan tetap menjadi pemimpin Rusia dalam waktu yang sangat lama.
Salah satu pertanyaan terbesar tentang masa depan Rusia adalah apa yang akan terjadi setelah era Putin berakhir ? pertanyaan ini selalu datang dari beberapa ahli dan praktisi dikalangan Hubungan Internasional karena tidak adanya mekanisme yang jelas untuk transisi kekuasaan.
Jika transisi kekuasaan tidak direncanakan dengan baik,
Rusia bisa menghadapi ketidakstabilan politik. Persaingan internal di antara elite politik dapat memicu konflik, sementara ketidakpuasan publik dapat memicu protes besar-besaran. Untuk memastikan stabilitas,
Rusia membutuhkan pemimpin yang dapat mempertahankan kendali atas negara sambil merespons tuntutan perubahan dari masyarakat. Namun, menemukan figur seperti itu tidak mudah, sosok berkharisma dan tidak takut/tidak tunduk akan tekanan barat sulit ditemukan terutama dalam sistem politik yang sangat terpusat seperti di Rusia.
Dalam jangka panjang, posisi Rusia dalam tatanan global akan sangat tergantung pada kemampuannya untuk beradaptasi dengan perubahan geopolitik dan ekonomi. Rusia memiliki potensi untuk tetap menjadi kekuatan global, tetapi ini memerlukan reformasi internal dan strategi luar negeri yang lebih fleksibel.

Putin: Suatu Kisah Tentang Kekuatan Rusia. (Credit: The Guardian)
Salah satu pencapaian terbesar Putin adalah membawa stabilitas politik dan ekonomi setelah era krisis tahun 1990-an. Pada awal kepemimpinannya, Putin berhasil memulihkan otoritas negara, memberantas oligarki yang terlalu dominan, dan menstabilkan ekonomi Rusia.
Popularitasnya di dalam negeri tetap tinggi, terutama di kalangan generasi yang lebih tua dan penduduk yang lebih konservatif yang melihatnya sebagai simbol kekuatan dan ketertiban. Pemerintahan putin pun membangun sistem politik yang sangat terpusat, di mana kekuasaan terkonsentrasi di tangannya dan lingkaran dalamnya. Ini memungkinkan stabilitas jangka pendek, tetapi juga menimbulkan risiko jika tidak ada mekanisme transisi kekuasaan yang jelas.
Dalam sisi kebijakan luar negerinya, Putin telah membuat Rusia menjadi pemain kunci dalam geopolitik global, tetapi juga mengakibatkan isolasi internasional. Invasi ke Ukraina pada tahun 2022 telah menjadi titik balik besar dalam kebijakan luar negeri di pemerintahannya.
Konflik ini telah mengisolasi Rusia secara internasional, dengan sanksi berat dari Barat dan penurunan hubungan dengan banyak negara. Meskipun negara ini memiliki cadangan devisa yang besar dan sektor energi yang kuat, ketergantungan pada ekspor sumber daya alam membuatnya rentan terhadap fluktuasi harga global.
Dalam jangka panjang, Rusia perlu mendiversifikasi ekonominya untuk mengurangi ketergantungan ini.
Dalam situasi isolasi dengan banyak negara barat yang mengakibatkan sanksi ekonomi, pembatasan diplomatik, dan pengucilan dari lembaga internasional telah membatasi ruang gerak Rusia. Namun, dalam jangka panjang, Rusia menemukan cara untuk membangun aliansi baru dan memperkuat hubungan dengan negara-negara non-Barat.
Dengan mengembangkan aliansi yang dari 2009 telah didirikan, BRICS dengan keanggotaan Brasil, Rusia, India, Cina dan Afrika selatan adalah respons strategis Rusia terhadap isolasi dan dominasi dunia Barat. Organisasi ini tidak hanya menjadi platform ekonomi, tetapi juga alat geopolitik untuk menciptakan tatanan dunia yang lebih multipolar. Meskipun menghadapi tantangan internal,
BRICS memiliki potensi untuk menjadi kekuatan penyeimbang dalam politik global, terutama jika dapat memperluas pengaruhnya dan mengatasi perbedaan di antara anggota. Ini menjadi bukti bahwa dunia sedang bergerak menuju sistem yang lebih terfragmentasi, di mana kekuatan tidak lagi terpusat pada satu blok saja.Dan bagi Rusia, BRICS adalah langkah penting dalam menghadapi isolasi dan membentuk masa depan geopolitik.
Masa depan politik Rusia di tangan Vladimir Putin itu sendiri, di satu sisi negara ini memiliki sumber daya alam yang melimpah, kekuatan militer yang besar, dan pengaruh geopolitik yang signifikan. Di sisi lain, tantangan internal seperti ketidakpuasan publik, stagnasi ekonomi, dan transisi kekuasaan yang tidak jelas dapat mengancam stabilitasnya.
Rusia berada di persimpangan jalan. Jika mampu melakukan reformasi internal, membangun aliansi strategis, dan beradaptasi dengan perubahan global, Rusia dapat tetap menjadi kekuatan utama dalam politik dunia. Namun, jika gagal merespons tantangan ini, negara ini bisa menghadapi isolasi yang lebih dalam dan ketidakstabilan domestik.
Dalam geopolitik, tidak ada yang abadi—kecuali perubahan itu sendiri. Dan bagi Rusia, perubahan itu mungkin sudah di depan mata.
*Penulis adalah Kandidat Doktor Hubungan Internasional dari University People’s Friendship of Russia