oleh: Arief Bisma (pipink)*
Mengharapkan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia yang berkelanjutan hingga puluhan bahkan ratusan tahun ke depan bukanlah utopia. Cita-cita besar ini sangat mungkin diwujudkan melalui konsep yang terencana, terstruktur, dan sistematis—serta didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang terdidik, tangguh, dan professional.
Tanpa perpaduan antara gagasan strategis dan SDM yang kompeten serta aksi nyata, konsep pembangunan pertanian ini hanya akan menjadi mimpi dan dokumen indah—tersimpan rapi di kepala, di lemari perpustakaan atau di komputer, berjarak jauh dari realitas.
Potensi Institusi Pertanian Indonesia
Berdasarkan data PDDikti dan sejumlah sumber terbuka lainnya, di Indonesia ada sekitar 200 institusi pendidikan tinggi yang masuk ke dalam rumpun ilmu pertanian—terdiri atas fakultas pertanian, politeknik, sekolah tinggi, hingga SMK pertanian. Ekosistem ini didukung oleh lebih dari 2.500 dosen dan peneliti serta lebih dari 300.000 mahasiswa aktif.
Jika ditarik data sejak tiga dekade terakhir, jumlah alumni sarjana pertanian diperkirakan mendekati hampir 2 juta orang, dengan ratusan ribu lulusan baru setiap tahunnya.
Ini berarti, kita memiliki ekosistem akademik yang luar biasa besar—ribuan dosen dan peneliti serta ratusan ribu mahasiswa yang setiap hari belajar, meneliti, dan berdiskusi tentang pertanian dari hulu hingga hilir.
Macan Tidur yang Perlu Dibangkitkan
Ekosistem akademik yang besar ini ibarat seperti macan tidur—besar, kuat, berdaya, namun belum bergerak secara optimal. Jika dibangkitkan melalui gerakan kolektif nasional, kekuatan ini dapat menjadi energi luar biasa untuk mewujudkan kedaulatan pangan nasional dan menjadikan Indonesia sebagai pemain utama dalam rantai pasok pangan global.
Sebagai negara agraris, Indonesia memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah seperti iklim tropis serta kekayaan sumber pangan yang sangat beragam.
Kondisi ini menempatkan Indonesia pada posisi strategis dengan peluang besar untuk tidak hanya memenuhi kebutuhan pangan dalam negeri, tetapi juga tampil sebagai penyuplai pangan dunia.
Dari Menara Gading turun ke Sawah dan Ladang
Sudah saatnya Fakultas Pertanian tidak hanya berada di menara gading. Kini waktunya kita turun ke bumi, bergerak bersama stakeholder pertanian khususnya para petani untuk bergerak pada satu tujuan yang sama : Indonesia Lumbung Pangan Dunia.
Seluruh Fakultas Pertanian di Indonesia sebaiknya perlu bersatu dalam sebuah gerakan dan aksi nyata melalui wadah kolaboratif, dengan merumuskan visi bersama dalam pelaksanaan Tridharma Perguruan Tinggi (pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat, bangsa, dan negara) yang secara fokus, terarah, dan terimplementasi langsung di lapangan.
Persatuan Fakultas Pertanian yang bergerak nyata di lapangan akan menjadi media pembelajaran bersama secara terus-menerus dan menjadi kunci pembangunan sistem pertanian nasional yang mandiri, berkeadilan, dan berkelanjutan.
Fakultas Pertanian, bersama para dosen dan mahasiswa, harus turun langsung ke lapangan—mengaplikasikan ilmu, hasil riset, dan inovasi yang dihasilkan. Realitas serta tantangan yang ditemui di lapangan akan menjadi bahan pembelajaran berharga untuk pengembangan riset dan inovasi selanjutnya.
Kolaborasi aktif perlu dilakukan dengan petani, pemerintah pusat dan daerah, pelaku usaha dan industri, media, institusi pendidikan pertanian maupun non-pertanian, serta berbagai elemen masyarakat lainnya.
Gerakan Aktif Fakultas Pertanian: Menuju Indonesia Lumbung Pangan Dunia
Sebagai langkah konkret menuju terwujudnya Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia, diperlukan gerakan yang aktif dan nyata dari seluruh civitas akademika Fakultas Pertanian di Indonesia.
Kita perlu memiliki arah yang jelas dan berdampak, serta bekerja secara fokus dalam melaksanakan riset yang melahirkan inovasi, membangun kolaborasi lintas sektor, dan menumbuhkan ekosistem akademik yang berorientasi pada kedaulatan pangan bangsa.
Melalui ekosistem ini, para dosen akan terpacu untuk menghasilkan penelitian yang relevan dan berdampak nyata bagi terwujudnya Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia.
Mahasiswa akan berada dalam lingkungan yang mendukung dan mendorong pengembangan diri mereka sebagai agen perubahan di sektor pangan. Para petani akan memperoleh akses pada ilmu dan hasil riset yang mampu meningkatkan produktivitas hasil panen serta kesejahteraan hidup mereka.
Potensi sumber pangan lokal akan terangkat, berkembang, dan dikenal secara nasional bahkan global. Lapangan pekerjaan baru akan tercipta, dan industri berbasis pangan akan tumbuh serta berkembang. Situasi ini memberikan kontribusi signifikan terhadap penyerapan tenaga kerja dan penguatan ekonomi nasional.
Untuk mewujudkan cita-cita besar ini, diperlukan pembentukan Konsorsium Fakultas Pertanian Indonesia yang fokus dan aktif bergerak. Konsorsium ini akan menjadi forum kolaboratif lintas institusi dan stakeholder, menghimpun seluruh kekuatan pendidikan tinggi pertanian dalam satu barisan strategis, dengan satu tujuan bersama: menjadikan Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia.
Konsorsium perlu membentuk Tim Kerja Nasional yang bertugas ; Merumuskan konsep besar pengembangan pertanian yang mandiri, berkeadilan, dan berkelanjutan, Menyusun roadmap implementasi nasional yang realistis dan berdampak, dan mendesain pendampingan teknis wilayah secara terencana dan terukur.
Langkah ini sejalan dengan paradigma baru Kemendikti-Saintek yang menekankan pentingnya peran perguruan tinggi dalam memberikan dampak nyata bagi masyarakat dan pembangunan bangsa.
Bisa kita bayangkan jika lebih dari 2.500 dosen-peneliti dan lebih dari 300.000 mahasiswa pertanian di seluruh Indonesia aktif bergerak bersama lintas sektor dalam satu visi pertanian masa depan.
Ini bukan hanya akan membangkitkan sektor pertanian nasional, tetapi juga menjadi motor utama terwujudnya swasembada pangan yang berkelanjutan, sekaligus mengantarkan Indonesia menjadi Lumbung Pangan Dunia hari ini dan di masa yang akan datang.
Kalau Bukan Sekarang, Kapan Lagi ?
Kini saatnya ilmu pertanian tidak hanya menjadi topik di ruang kuliah atau materi diskusi di ruang-ruang seminar. Kita harus menjadikannya kekuatan transformatif yang membangun masa depan bangsa—sekaligus menjawab tantangan global dalam hal ketahanan dan kedaulatan pangan.
Indonesia tidak kekurangan sumber daya manusia. Kita juga tidak kekurangan pengetahuan, riset dan inovasi. Yang kita perlukan hari ini adalah gerakan kolektif dan tindakan nyata yang mampu memberikan dampak bagi masyarakat, bangsa, dan negara.
Belajar, menyatukan ilmu, mengintegrasikan hasil riset dan inovasi, serta menguatkan kerja lapangan melalui gerakan Konsorsium Fakultas Pertanian Indonesia akan menjadi sebuah kekuatan besar. Bersama, kita berpadu dalam satu gerakan nasional yang solid, terukur, dan terarah untuk mewujudkan cita-cita Indonesia sebagai Lumbung Pangan Dunia.
Dari tanah Indonesia, kita memenuhi kebutuhan pangan dunia. Bersama, kita menjadi penjaga peradaban—melindungi umat manusia dari ancaman kelaparan.
*Penulis adalah Dekan Fakultas Pertanian Universitas Kebangsaan Republik Indonesia (UKRI). Kontak : 0811-177-214
Ketika menempuh studi S1 di Fakultas Pertanian Universitas Hasanuddin, aktif diberbagai organisasi, antara lain : Ketua Umum HIPMA Gowa (2000-2002), Ketua Umum BEM Fakultas Pertanian Unhas (2002-2003), Ketua Umum HMI Cabang Makassar Timur (2004-2005).