Prof Dr Eng Adi Maulana ST MPhil
MAKASSAR, UNHAS.TV - Baru-baru ini kita dikejutkan dengan kejadian bencana banjir yang massif di daerah Jabodetabek pada awal Ramadhan 1446.
Beberapa kelompok masyarakat di daerah Bekasi yang terkena dampak banjir ini mengatakan bahwa banjir di awal Maret 2025 ini adalah banjir terparah yang mereka alami selama ini.
Gubernur Jakarta mengatakan bahwa banjir yang terjadi kali ini diakibatkan oleh tingginya curah hujan. Sementara Gubernur Jawa Barat menyebut bahwa kejadian banjir tahun ini diakibatkan oleh tata ruang yang buruk.
Jika diperhatikan lebih lanjut, banjir yang terjadi di wilayah Jabodetabek terjadi justru pada saat curah hujan di Jakarta dan Bekasi tidak terlalu tinggi.
Curah hujan ekstrim justru terjadi di wilayah bagian hulu yaitu di daerah Bogor, seputar wilayah Puncak yang memang telah mengalami alih fungsi lahan yang sangat masif dalam 20 tahun terakhir.
Wilayah di Jabodetabek yang mengalami banjir parah adalah wilayah yang ada di sekitar bantaran sungai.
Wilayah yang disebut dengan dataran banjir, yang seharusnya tidak boleh dijadikan pemukiman. Namun, rendahnya kepatuhan terhadap peraturan tata ruang dan penegakan hukum yang tidak jelas membuat wilayah ini kemudian dijadikan pemukiman.
Pertambahan penduduk yang tinggi di Jabodetabek dalam 20 tahun terakhir membuat kebutuhan akan pemukiman menjadi sangat tinggi.
Jadilah kombinasi antara tata ruang yang buruk baik di wilayah hulu dan hilir, ditambah dengan kebutuhan lahan untuk pemukiman yang tinggi yang juga berkelindan dengan kepentingan ekonomi atas nama pembangunan, kemudian dipicu oleh dampak perubahan iklim berupa hujan yang ekstrim, menjadi penyebab terjadinya banjir besar ini.
Banjir sebenarnya adalah dampak dari gagalnya manusia untuk menjaga keseimbangan dan mempertahankan siklus sumberdaya air.
Akhirnya, air yang seharusnya adalah unsur yang paling dibutuhkan manusia untuk hidup, kemudian menjadi malapetaka dalam bentuk banjir yang menimbulkan korban.
Coretan Bumi dan Alquran edisi hari ke-6 ini menghadirkan pembahasan sedikit tentang sumberdaya air dan kehidupan.
Kejadian banjir jelas adalah akibat ketidakmampuan manusia untuk mengatur sumberdaya air dengan menjaga keseimbangan siklus air atau siklus hidrologi.
Siklus air adalah proses pergerakan air secara terus-menerus dari bumi ke atmosfer dan kembali lagi ke bumi. Proses ini berlangsung selamanya.
Sirkulasi air terjadi melalui beberapa proses, yaitu: Evaporasi, kondensasi, presipitasi, infiltrasi, limpasan, dan konsumsi.
Siklus air sangat penting dalam menjaga ketersediaan air di bumi dan keseimbangan ekosistem.
Siklus air ini telah dijelaskan oleh Alquran sejak 14 abad yang lalu, seperti yang terkandung dalam Surah Ar-Rum: 48 yang berbunyi: "Dialah Allah yg mengirimkan angin, lalu angin itu menggerakkan awan dan Allah membentangkannya di langit menurut yg dikehendakiNya dan menjadikannya bergumpal-gumpal, lalu kamu lihat air hujan keluar dari celah-celahnya, maka apabila hujan itu turun mengenai hamba-hamba-Nya yg dikehendakiNya, tiba-tiba mereka menjadi gembira".
Selain itu, siklus air juga dijelaskan pada surah Al-Hijr: 22: "Dan Kami telah meniupkan angin untuk mengawinkan dan Kami turunkan hujan dari langit, lalu Kami beri minum kamu dengan (air) itu, dan bukanlah kamu yang menyimpannya".
Air seyogyanya diciptakan untuk menjadi sumber kehidupan yang mendukung kehidupan manusia. Awal penciptaan segala sesuatu yang hidup di dunia ini berasal dari air.
Air memiliki peranan penting dalam proses pembentukan sel yg merupakan bagian terkecil makhluk hidup. Dasar sebuah sel/sitoplasma, 80% terdiri dari air. 50-90% dari tubuh organisme terdiri dari air.
Kehidupan juga berawal dari dalam air (aquatik) yg kemudian berevolusi ke darat (terrestrial). Alquran telah menjelaskan bahwa kehidupan ini berawal dari air dalam surah Al-Anbiya: 30: "Dan dari air Kami jadikan setiap sesuatu yang hidup".
Alquran juga menjelaskan tentang arti penting air untuk mendukung kehidupan di bumi dalam surah Az-Zumar: 21: yang berbunyi: "Apakah kamu tidak memperhatikan bahwa sesungguhnya Allah menurunkan air dari langit, maka diaturnya menjadi sumber-sumber air di bumi kemudian ditumbuhkan-Nya dengan air itu tanam-tanaman yang bermacam-macam warnanya lalu ia menjadi kering lalu kamu melihatnya kekuning-kuningan, kemudian dijadikan-Nya hancur berderai-derai. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal."
Kegiatan manusia dapat berdampak pada siklus air, seperti membiarkan lahan air kosong, mengubah daerah resapan air menjadi bangunan, dan menggunakan air secara berlebihan.
Alquran telah menyerukan agar tidak menggunakan air secara berlebihan agar keseimbangan siklus air terjaga dan menghindari bencana alam seperti yang tersurat pada ayah Al-Araf: 31: "Wahai anak cucu Adam, pakailah pakaianmu yang indah pada setiap (memasuki) masjid dan makan serta minumlah, tetapi janganlah berlebihan. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang berlebihan".
Jika manusia mampu untuk terus menjaga keseimbangan air maka sebenarnya bencana alam banjir tidak akan terjadi.
Jumlah air yang diturunkan ke bumi sebenarnya telah seimbang salah satunya agar menjaga keseimbangan suhu bumi dan mencegah terjadinya perbedaan suhu yang ekstrim antara musim dingin dan musim panas.
Jumlah air yang diturunkan juga untuk memenuhi kebutuhan manusia terutama dalam pertanian. Hal ini sesuai dengan Surah Al Mu’minun ayat 18 yang berbunyi: "Dan Kami turunkan air dari langit dengan suatu ukuran; lalu Kami jadikan air itu menetap di bumi, dan pasti Kami berkuasa melenyapkannya".
Alquran juga memberikan peringatan bahwa sumberdaya air ini harus dikelola dengan baik dan jangan berlebihan dan berlaku tidak adil dalam pemanfaatannya.
Apabila ada manusia yang serakah atau mengelola sumberdaya air ini dengan sembarangan, maka akibatnya akan timbul bencana alam.
Surah Ar-Rum ayat 41 jelas memberikan peringatan: "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia. (Melalui hal itu) Allah membuat mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka agar mereka kembali (ke jalan yang benar)".
Pada akhirnya, Alquran telah menjelaskan dengan indah betapa penting nya air bagi kehidupan dan betapa manusia harus mengelola dan menjaga keseimbangan siklus air.
Ketika tata guna lahan dirusak dan kerusakan lingkungan dibiarkan, maka tunggulah akibatnya dimana air akan menjadi sumber bencana banjir.
Sungguh Alquran telah memberi peringatan agar manusia mengelola sumberdaya air dengan bijak. Semoga kita mau mengambil hikmah dari pesan-pesan yang disampaikan dalam Alquran dalam mengelola sumberdaya air secara berkelanjutan untuk kehidupan yang lebih baik.
Wallahualam Bisshawab