Opini

Bacaan Satu Menit dan Quantum Learning: Mengapa Netizen Menyukainya?

Guru Besar

Oleh: Khusnul Yaqin*


Di era digital yang serbacepat, netizen semakin menyukai bacaan yng sederhana atau saya sebut bacaan satu menit. Ia adalah bahan yang bisa dipahami dalam waktu singkat, biasanya dalam 200-300 kata. 

Bacaan jenis ini banyak ditemukan di media sosial, blog mikro, dan platform berita cepat. Fenomena ini dapat dijelaskan melalui pendekatan Quantum Learning, sebuah teori pendidikan yang menekankan bahwa pembelajaran lebih efektif ketika informasi disajikan secara menarik, relevan, dan sesuai dengan cara kerja otak manusia.

Salah satu buku tentang quantum learning yang patut didaras adalah buku yang dikarang oleh Bobbi De Porter dan Mike Henarcki. 

Dalam Quantum Learning, keterlibatan emosional adalah kunci. Bacaan satu menit yang memanfaatkan gaya storytelling  lebih menarik bagi pembaca karena mengaktifkan area otak yang bertanggung jawab atas memori dan emosi. Prinsip orchestrated immersion dalam teori ini menjelaskan bahwa ketika seseorang benar-benar terlibat dalam pengalaman membaca, mereka lebih mungkin memahami dan mengingat informasi tersebut. Oleh karena itu, artikel inspiratif, motivasi singkat, atau kisah sukses dalam format pendek sering menjadi viral.

Selain itu, kesederhanaan dan struktur yang jelas membuat bacaan satu menit lebih efektif. Teori Quantum Learning menekankan making meaning, yaitu cara otak mengolah informasi dengan lebih baik ketika disajikan dalam bentuk yang familiar dan relevan. Artikel pendek yang langsung ke inti masalah, menghindari jargon rumit, serta menggunakan kalimat pendek lebih mudah dicerna oleh netizen. Gaya ini membantu pembaca memahami inti pesan tanpa harus meluangkan banyak waktu.

Bacaan satu menit juga sering memanfaatkan visualisasi dan elemen multimedia, yang sejalan dengan konsep accelerated learning dalam Quantum Learning. Infografis, gambar, atau video pendek yang melengkapi teks membantu otak menyerap informasi lebih cepat. Netizen yang terbiasa dengan format cepat dan dinamis lebih cenderung memilih bacaan yang menyajikan konten dalam bentuk visual yang menarik dibandingkan paragraf panjang tanpa ilustrasi.

Dengan memahami prinsip Quantum Learning, kita dapat melihat mengapa bacaan satu menit begitu populer. Artikel yang singkat, emosional, mudah dipahami, dan didukung elemen visual lebih sesuai dengan cara otak manusia menyerap informasi. 

Oleh karena itu, bagi para dosen dan penulis, perlu mengadopsi strategi bacaan satu menit agar gagasan dalam mata kuliah yang diajarkan menarik perhatian pembelajar digital yang semakin cepat berpindah dari satu bacaan ke bacaan lainnya.

Makalah-makalah ilmiah para dosen dan ilmuan yang sudah beredar melalui jaringan publikasi ilmiah nasional maupun internasional perlu diekstrak menjadi sesuatu yang mudah dipahami pembaca digital via pendekatan quantum learning. Salah satu buku yang bisa dijadikan contoh adalah buku Sophie's World yang dikarang oleh Jostein Gaarder. Ia adalah suatu buku filsafat Barat yang dinarasikan dengan gaya storytelling. 


Tamalanrea mas, 1 Februari 2025


*Penulis adalah Guru Besar Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin