MAKASSAR, UNHAS.TV- Nicolas Maduro, Presiden Venezuela, mengucapkan sumpah jabatan untuk masa jabatan ketiganya, di tengah meningkatnya hadiah yang ditawarkan oleh Amerika Serikat untuk penangkapannya menjadi 25 juta dolar(setara dengan £20,4 juta). Menurut BBC News, pelantikan itu dipenuhi protes domestik dan internasional akibat tuduhan kecurangan dalam pemilu tahun lalu terus berlanjut.
Maduro, yang
telah berkuasa sejak 2013, mengucapkan sumpah jabatan dalam situasi di mana
Amerika Serikat menawarkan hadiah sebesar 65 juta dolar untuk penangkapan
dirinya dan dua orang dekatnya atas tuduhan penyelundupan narkoba. Amerika Serikat juga menolak klaim Maduro
atas kemenangannya dalam pemilu terbaru.
Presiden Venezuela yang dinilai oleh banyak
pemimpin negara sebagai pemimpin otoriter, yang sejak awal pemerintahannya
telah meningkatkan tingkat penindasan di negara itu, hingga kini belum
memberikan bukti apapun terkait kemenangan dalam pemilu yang berlangsung pada
28 Juli tahun lalu. Pihak oposisi telah merilis bukti yang menunjukkan bahwa
kandidat lain dalam pemilu tersebut, Edmundo Gonzalez, merupakan pemenang
sebenarnya karena kemarahan besar rakyat terhadap runtuhnya ekonomi Venezuela.
Namun demikian, pada Jumat pagi, Maduro,
yang menolak untuk melepaskan kekuasaannya dan terus mendapatkan dukungan dari
para komandan militer serta pasukan keamanan, mengucapkan sumpah jabatan di
Majelis Nasional Venezuela.
Ia menggambarkan upacara yang diadakan
dengan jumlah peserta yang minim di Caracas, yang diboikot oleh para pemimpin
negara-negara yang selama ini diklaim demokratis, sebagai “kemenangan besar
bagi demokrasi Venezuela.”
Pertanyaan besar juga muncul karena upacara
ini berlangsung tanpa kehadiran Luiz Inácio Lula da Silva, Presiden Brasil, dan
Gustavo Petro, Presiden Kolombia, yang merupakan sekutu regional lama. Beredar
kabar bahwa kedua negara tersebut tidak mengakui kemenangan Maduro.
Sebaliknya, Miguel Díaz-Canel dan Daniel
Ortega, pemimpin dari Kuba dan Nikaragua, hadir di barisan depan, sementara
perwakilan dari China dan Rusia juga turut menghadiri acara tersebut.
Dalam pidato sepanjang 90 menit, Maduro
mengklaim bahwa dirinya sedang memimpin sebuah “revolusi demokratis” di
Venezuela dan menyebut dirinya sebagai pemimpin sebuah proyek yang “sepenuhnya
demokratis” yang terinspirasi oleh para pahlawan kemerdekaan Amerika Latin.
Ia menggambarkan lawan-lawannya sebagai
fasis dan oligarki yang “korup” serta menyebut Javier Milei, Presiden sayap
kanan Argentina, sebagai “Nazi-Zionis” dan “sadis sosial”.
Maduro mengatakan,” Saya tidak menjadi
presiden karena pemerintah Amerika Serikat atau pemerintah sayap kanan
pro-imperialis Amerika Latin. Saya datang dari rakyat. Saya bagian dari rakyat,
dan kekuatan saya berasal dari sejarah dan dari rakyat itu sendiri.”
Reaksi Internasional
Pelantikan Maduro memicu gelombang kecaman
internasional baru, termasuk dari beberapa tokoh sayap kiri yang ia klaim
sebagai perwakilannya.
Gabriel Boric, Presiden Chili, mengatakan:”
Saya berasal dari sayap kiri, dan sebagai seorang yang berpandangan kiri, saya
mengatakan bahwa pemerintahan Nicolás Maduro adalah sebuah kediktatoran.”
Antony Blinken, Menteri Luar Negeri Amerika
Serikat, dalam reaksinya terhadap pelantikan Maduro, menyatakan:”Rakyat
Venezuela dan dunia tahu bahwa Nicolás Maduro jelas kalah dalam pemilihan
presiden 2024 dan tidak memiliki hak untuk mengklaim jabatan presiden. Kami
siap mendukung kembalinya demokrasi di Venezuela.”
David Lammy, Menteri Luar Negeri Inggris
sekaligus anggota Partai Buruh, menyatakan bahwa pemilu bulan Juli di Venezuela
tidak bebas maupun adil, dan rezim Maduro tidak mewakili keinginan rakyat
negara itu. Ia juga menyoroti sanksi baru yang diterapkan bersama Uni Eropa
terhadap 15 orang yang terkait dengan rezim Maduro, dengan menegaskan bahwa “Inggris
tidak akan berdiam diri terhadap penindasan, pelemahan demokrasi, dan
pelanggaran hak asasi manusia di Venezuela.”
Amerika Serikat mengumumkan bahwa hadiah
untuk informasi yang mengarah pada penangkapan Maduro dan Menteri Dalam
Negeri-nya, Diosdado Cabello, atas tuduhan penyelundupan narkoba telah
dinaikkan menjadi 25 juta dolar. Selain itu, hadiah sebesar 15 juta dolar juga
ditawarkan untuk informasi yang dapat mengarah pada penangkapan Vladimir
Padrino López, Menteri Pertahanan lama Maduro.(*)