Internasional

7 Alasan Kemenangan Zohran Mamdani dalam Pemilihan Wali Kota New York; Salah Satunya Fasih Berbahasa Arab

Zohran Mamdani, politisi progresif keturunan Uganda–India, resmi terpilih sebagai Wali Kota New York City, menjadikannya Muslim pertama yang memegang jabatan tersebut dalam sejarah kota itu. Zohran Mamdani, politisi progresif keturunan Uganda–India, resmi terpilih sebagai Wali Kota New York City, menjadikannya Muslim pertama yang memegang jabatan tersebut dalam sejarah kota itu.

NEW YORK,UNHAS.TV– Dunia politik Amerika diguncang dengan kemenangan sosok yang tak terduga: Zohran Mamdani, seorang politisi progresif dan mantan anggota Majelis Negara Bagian New York. Melalui pemilu yang ketat, ia berhasil mengalahkan Andrew Cuomo, mantan wali kota sekaligus sebuah nama besar dalam politik kota itu. Dengan kemenangan ini, Zohran Mamdani resmi menjadi Muslim pertama yang memimpin New York City – sebuah pencapaian bersejarah yang mencerminkan perubahan iklim politik di tubuh Partai Demokrat.

Majalah The Hill (5/11) menulis : “Beberapa bulan lalu, ia berada di urutan bawah hasil survei. Namun kini, Mamdani telah meraih suara mayoritas." Bagaimana hal itu bisa terjadi? Berikut adalah 7 faktor yang mendorong kemenangannya.

1. Isu Biaya Hidup Menjadi Kunci

Di tengah kenaikan biaya rumah, transportasi, dan kebutuhan pokok, warga New York menghadapi krisis biaya hidup yang nyata. Berbeda dengan Cuomo yang fokus pada isu keamanan dan kriminalitas, Mamdani menjadikan ekonomi rakyat sebagai titik sentral kampanyenya. Slogannya seperti “Kota yang Bisa Kita Biayai” serta janji “Perumahan Terjangkau untuk Semua” benar-benar menyentuh perasaan warga kelas pekerja dan keluarga muda yang kini terhimpit inflasi.

Bagi sebagian besar mahasiswa dan generasi muda yang dibebani utang dan kenyataan upah stagnan, suara Mamdani bagai angin segar.

2. Pesan yang Jelas dan Konsisten

Sejak hari pertama, kampanye Mamdani berbicara dengan nada tunggal: membela kelas pekerja dan menyederhanakan hidup sehari-hari mereka. Ia tidak bermain di wilayah abu-abu seperti politisi Demokrat lain yang sering terdengar kompromistis.

Keberanian untuk berbicara lugas dan terbuka bahkan menarik simpati sebagian pemilih mantan Presiden Trump. “Ia bicara apa adanya. Itu yang membuatnya dipercaya,” ujar salah satu pendukungnya dalam wawancara televisi lokal.
3. Pengalaman Bukan Segalanya

Cuomo mengandalkan rekam jejaknya sebagai wali kota berpengalaman – sebuah strategi yang pernah efektif pada masa lalu. Namun kali ini, hal tersebut justru menjadi bumerang. Mamdani mengubah kelemahan soal minimnya pengalaman eksekutif menjadi narasi positif: ia adalah wajah baru yang tidak terikat oleh “aturan main lama.”

Pendekatan ini mengingatkan pada kampanye Donald Trump tahun 2016, ketika ia memposisikan diri sebagai sosok yang mengguncang status quo. Bedanya, Mamdani membawa energi alternatif yang lebih progresif dan pro-rakyat kecil dibandingkan narasi Trump.

4. Kehadiran Lintas Ruang: Dari Media Sosial hingga Klub Malam

Salah satu strategi paling unik Mamdani adalah kehadirannya di ruang-ruang yang tak lazim bagi seorang politisi. Ia aktif di media sosial, menggelar siaran langsung berdurasi panjang, bahkan muncul di klub malam di Brooklyn untuk langsung berbicara kepada para pengunjung.

Bahkan lebih mengejutkan lagi, ia memasang iklan kampanye di saluran berita konservatif seperti Fox News – langkah yang cerdas untuk menjangkau pemilih moderat dan konservatif yang kecewa dengan kepemimpinan lama.


>> Baca Selanjutnya