Kesehatan
News
Tahukah Kamu?

Saat Cuaca Panas & Terik, Begini Tata Cara Keramas Ideal Bagi Wanita di Iklim Tropis!

UNHAS.TV - Hidup di daerah tropis ibarat hidup berdampingan dengan keringat. Cuaca lembap dan terik matahari membuat tubuh mudah lengket, kulit kepala cepat berminyak, dan rambut kerap terasa lepek.

Bagi wanita, terutama yang berambut panjang, kondisi ini sering menjadi dilema: seberapa sering sebaiknya keramas agar rambut tetap sehat tanpa kehilangan kelembapan alaminya?

Dokter spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika Fakultas Kedokteran Unhas Prof. Dr. dr. Anis Irawan Anwar, Sp.D.V.E, Subsp. O.B.K, FINSDV, FAADV, menegaskan bahwa iklim tropis memang menuntut perhatian ekstra pada kesehatan rambut.

“Rata-rata sampo yang beredar sekarang sudah jenis daily care, artinya bisa dipakai setiap hari, terutama untuk rambut berminyak,” ujarnya.

“Yang harus hati-hati adalah pemilik rambut kering. Untuk mereka, frekuensi keramas sebaiknya lebih jarang dan disertai dengan penggunaan conditioner,” tegas Prof Anis Irawan.

Kulit kepala manusia secara alami mengalami pengelupasan sel. Di iklim tropis, sel kulit mati bercampur dengan minyak berlebih dan keringat yang menumpuk di helaian rambut.

Inilah cikal bakal ketombe. “Produksi minyak dan keringat di iklim tropis memang lebih tinggi,” kata Prof Anis. Akibatnya, kebersihan rambut tak bisa ditawar.

Bagi sebagian wanita, ketombe bukan sekadar gangguan kecil. Ia bisa menurunkan rasa percaya diri, terutama ketika serpih putih itu berjatuhan di bahu pakaian berwarna gelap. Karena itu, menjaga kesehatan kulit kepala dengan keramas teratur menjadi keharusan.

Satu hal yang sering diabaikan adalah kebiasaan tidur dengan rambut basah. Praktik ini, kata Prof Anis, bisa menurunkan suhu kulit kepala dan memicu berbagai masalah dari ketombe, rambut lepek, hingga kerontokan. “Rambut harus dikeringkan lebih dulu sebelum tidur,” ujarnya.



Dokter spesialis dermatologi, venereologi, dan estetika Fakultas Kedokteran Unhas Prof Dr dr Anis Irawan Anwar SpDVE SubspOBK FINSDV FAADV. (dok unhas.tv)


Namun, penggunaan hair dryer juga tidak boleh sembarangan. Panas tinggi bisa merusak lapisan minyak alami rambut. Mode hembusan angin biasa atau suhu rendah adalah pilihan paling aman.

Merawat Rambut Sesuai Jenisnya

Dalam keseharian, wanita di daerah tropis perlu mengenali jenis rambut mereka. Rambut berminyak lebih cocok dengan sampo ringan yang bisa digunakan harian. Sebaliknya, rambut kering memerlukan kelembapan tambahan dari conditioner atau serum.

Perawatan sederhana ini dapat menjaga kilau rambut sekaligus menghindarkan dari kerusakan akibat paparan sinar matahari tropis yang menyengat.

Bagi pekerja lapangan atau mereka yang sering beraktivitas di luar ruangan, keramas setiap hari menjadi kebutuhan.

Sementara untuk pekerja kantoran dengan rambut kering, dua hingga tiga kali keramas dalam seminggu sudah cukup, asalkan dibarengi perawatan pendukung.

Kemudian, rambut panjang kerap dianggap simbol keanggunan perempuan Indonesia. Tak heran, perawatan rambut selalu mendapat perhatian khusus.

Dari minyak kelapa tradisional hingga rangkaian produk modern, semua punya satu tujuan: menjaga rambut tetap sehat meski udara panas dan lembap.

Di banyak daerah, ada ritual perawatan rambut berbasis kearifan lokal. Minyak kemiri di Sulawesi, minyak urang-aring di Jawa, atau ramuan lidah buaya di Kalimantan.

Semua menunjukkan bahwa sejak lama, perempuan tropis memahami betul tantangan iklim terhadap rambut mereka. Kini, tradisi itu berpadu dengan pengetahuan dermatologi modern.

Di iklim tropis, keringat dan minyak adalah dua kata kunci. Rambut sehat tak cukup hanya dengan keramas rutin, tapi juga perlu pemahaman tentang cara merawat rambut sesuai jenisnya.

Mulai dari pemilihan sampo, frekuensi keramas, hingga kebiasaan sederhana seperti mengeringkan rambut sebelum tidur.

“Cari cara yang sesuai dengan kebutuhan rambut masing-masing. Yang penting, jangan abaikan kebersihan kulit kepala,” pesan Prof. Anis.

Bagi perempuan tropis, rambut bukan hanya mahkota, tapi juga cermin keseharian dalam menghadapi panas, lembap, dan peluh. Dan di balik ritual keramas, tersimpan cerita panjang tentang bagaimana tubuh beradaptasi dengan iklim yang tak pernah kompromi.

(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)