UNHAS.TV - Di tengah kehidupan modern yang penuh tekanan dan kesibukan, masyarakat kerap merasa baik-baik saja. Padahal, tubuh menyimpan sinyal-sinyal kecil yang kerap diabaikan.
Salah satunya adalah kesehatan yang tampaknya normal, namun menyimpan potensi risiko yang bisa berujung fatal. Inilah pentingnya medical checkup, yang kerap dipandang sebelah mata.
“Masih banyak yang takut. Takut setelah diperiksa justru ditemukan penyakit,” ujar Kepala Instalasi Medical Check Up Rumah Sakit Universitas Hasanuddin (RS Unhas) dr Firdaus SpKJ, dalam sesi siniar Unhas Sehat.
Pola pikir masyarakat yang hanya memeriksakan diri saat sakit, menurut dr. Firdaus, menjadi hambatan besar dalam upaya pencegahan penyakit. Bahkan, tidak jarang masyarakat menuduh medical checkup sebagai cara “menguntungkan dokter semata.”
Lebih ekstrem, ada yang meragukan hasil pemeriksaan jika menunjukkan indikasi penyakit. “Sering kali pasien tidak percaya. Katanya alatnya rusak,” ungkapnya sambil tersenyum.
Padahal, menurut Kementerian Kesehatan dan berbagai studi medis, medical checkup rutin terbukti dapat mendeteksi penyakit seperti hipertensi, diabetes, hingga gangguan jantung sejak stadium awal. Ini berarti, mereka yang terlihat sehat pun bisa saja menyimpan potensi penyakit serius dalam tubuhnya.
Medical checkup sendiri bukan hanya untuk deteksi dini, tetapi juga mencakup validasi kondisi tubuh dan aspek preventif.
“Pemeriksaan ini penting agar kita tahu kondisi terkini tubuh kita dan bisa mencegah penyakit berkembang lebih parah,” jelas dr Firdaus.
Ia mencontohkan kasus-kasus yang kerap ia temui di lapangan. Banyak pasien datang ke rumah sakit dalam kondisi sudah kronis.
“Ada yang datang sudah stadium dua hipertensi, sudah butuh cuci darah, bahkan ada yang terkena stroke dan serangan jantung,” ujarnya. Padahal, jika dilakukan medical checkup lebih awal, kondisi tersebut bisa dihindari.
Sayangnya, tren kesadaran masyarakat terhadap medical checkup belum menunjukkan peningkatan signifikan, bahkan pascapandemi Covid-19. Faktor ekonomi dan pola pikir lama menjadi penyebab utama.
Meski demikian, ada peningkatan dari kelompok masyarakat tertentu. “Biasanya yang datang adalah orang tua yang diajak anaknya yang lebih berpendidikan dan peduli,” kata dr Firdaus.
Di lingkungan Universitas Hasanuddin sendiri, program Medical Checkup Goes to Unit telah berjalan tiga tahun terakhir. Tim medis mendatangi langsung fakultas-fakultas untuk memudahkan akses pemeriksaan bagi civitas akademika yang sibuk.
Pemeriksaannya mencakup pemeriksaan fisik, darah, urin, radiologi, rekam jantung, hingga USG abdomen untuk usia di atas 50 tahun. Semua pemeriksaan itu ditanggung gratis oleh pihak rektorat.
Selain aspek fisik, dr. Firdaus juga menyoroti pentingnya perhatian terhadap kesehatan mental. “Sebenarnya ini sangat penting, tapi sayangnya masih banyak terlewat. Kami sudah berbicara dengan pimpinan Unhas untuk ke depannya menyertakan skrining jiwa dalam program checkup ini,” ungkapnya.
Di akhir perbincangan, dr. Firdaus berpesan agar masyarakat tidak lagi menunggu sakit untuk memeriksakan diri.
“Mencegah lebih murah, lebih mudah, dan lebih baik daripada mengobati. Jadikan medical checkup sebagai investasi kesehatan masa depan,” ujarnya.
Teknologi Canggih Percepat MCU
>> Baca Selanjutnya