News
Terkini

Saharuddin Ridwan, Anak Sastra yang Citranya Lekat dengan Sampah

Saharuddin Ridwan. (Foto:Unhas TV)

UNHAS.TV - Sampah selalu menjadi isu yang tak ada habisnya dipebincangkan. Masalah sampah ini tidak hanya terjadi di kota-kota besar, melainkan juga sampai ke tingkat pedesaan dan perkampungan.

Kota Makassar termasuk yang paling terdampak dengan masalah sampah. Jumlah penduduk yang besar dengan tingkat kepadatan penduduk yang ketat, membuat Makassar tercatat sebagai kota yang menghasilkan sampah dalam jumlah yang besar.

Berbagai upaya telah dilakukan. Salah satunya dengan pendirian Bank Sampah di berbagai sudut Kota Makassar. Salah satu yang turut menggiatkan program bank sampah ini yakni Saharuddin Ridwan SS, MM yang kini menjadi Dewan Pendiri Asosiasi Bank Sampah Indonesia (ASBSI).

Dalam wawancara eksklusif bersama Unhas TV, pria kelahiran Bone, 29 Oktober 1975, ini menceritakan pengalamannya saat kuliah di Jurusan Bahasa Indonesia Fakultas Sastra Universitas Hasanuddin (Unhas). Selama kuliah, sebagian biaya kuliah dibiayai dari berjualan pakaian di Koperasi Mahasiswa (Kopma) Unhas.

Setamat kuliah, ia sempat bekerja di perusahaan asuransi. Setelah itu ia melamar menjadi reporter di Harian Fajar.
Tiga tahun di Harian Fajar, ia melompat menjadi wartawan TV Indosiar dengan tugas utamanya meliput kriminal. "Saya sampai harus bermalam di kantor polisi tiap hari demi mengejar berita terbaru soal tindak kriminal. Ketika kita jadi wartawan, tidak ada jam kerja. Kita ditugaskan kemana, kita kesana." jelas Direktur Utama Perseroda PT Bumi Maros Sejahtera.

Dari seluruh pengalaman di media, ia rajin membangun hubungan baik dengan berbagai kalangan. Menurutnya, mencari jaringan-jaringan yang hebat dapat membantunya terus belajar hal-hal baru.

Media mengajarkannya banyak hal dan pengalaman yang tak terlupakan. Meskipun sekarang dia sudah tidak menjadi wartawan lagi, tapi Saharuddin mengakui masih aktif membuat siaran pers serta mengirim berita kepada teman-temannya.

Dari pengalamannya sebagai wartawan, Saharuddin juga banyak mendapatkan liputan lingkungan dengan dampak sosialnya bagi masyarakat. Meskipun sebagai wartawan yang membahas kriminal, tetapi menurutnya isu-isu sosiallah yang kemudian mempengaruhi rasa kepeduliannya terhadap lingkungan menjadi lebih besar.

Menurut penuturanya, setelah mundur dari dunia TV tahun 2012, Saharuddin aktif mengkampanyekan peduli. Modal jejaring yang ia pupuk sejak bekerja di media, membuatnya lebih mudah mewujudkan program pembersihan kanal di Makassar pada tahun 2007.

Saat itu, ia tidak punya dana sama sekali. Hubungannya dengan Panglima Kodam XIV Hasanuddin dan Kapolda Sulsel membuat ia dapat dukungan 10 ribu tentara dan 5.000 polisi yang turun membersihkan kanal.

Hubungan dekatnya dengan Walikota Makassar membuat ia dapat dukungan dari Perusda Makassar untuk menyediakan makanan bagi aparat TNI dan Polri. "Semuanya dimulai tanpa dana tetai memakai kekuatan jejaring," katanya. Sukses dengan pembersihan kanal ini membuat program itu berjalan rutin pada 2007-2009.

Pendiri Yayasan Peduli Negeri ini juga mengutarakan sampah-sampah rumah tangga telah menjadi masalah utama di setiap daerah. Sampah diproduksi terus menerus hingga menimbulkan sampah berlebihan hingga banyak dibuang di sungai atau kanal-kanal di Makassar.

Proses edukasi masyarakat menjadi penting untuk menanggulangi sampah-sampah itu. Program Makassar Green and Clean (MGC) yang digagasa pemerintah dan ia sempat berada di tim itu, bertujuan untuk pemberdayaan dan pendampingan masyarakat dalam mengelola sampah.

Program ini juga untuk mengubah pola pikir masyarakat tentang bagaimana cara mengelola sampah dengan baik.
"Kalau kita sentuh hatinya masyarakat, mereka pasti berubah."

Perubahan pola pikir dilakukan dengan mengumpulkan beberapa motivator untuk memberikan contoh bagaimana menciptakan lingkungan bersih. Ia juga aktif dalam memberikan penghargaan kepada warga-warga yang aktif menjaga lingkungannya tetap bersih.

"Saya mengajak kepada seluruh masyarakat, untuk sadar bahwa mengelola sampah itu dengan konsep 3 M, yaitu mulai dari diri sendiri, mulai dari hal-hal yang kecil, dan terakhir mulai saat ini," ujarnya.(uswa)