MAKASSAR, UNHAS.TV – Universitas Hasanuddin (Unhas) bersiap memberikan amanah kepada Unhas TV untuk mengelola Unhas Press, lembaga penerbitan resmi milik kampus.
Rencana tersebut disampaikan dalam pertemuan yang dipimpin Rektor Unhas Prof. Jamaluddin Jompa didampingi Sekretaris Rektor Dr. Sawedi Muhammad di kampus Unhas, Makassar, Senin (22/9/2025).
Pertemuan itu dihadiri Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Prof. drg. Muhammad Ruslin, Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan dan Bisnis Prof. Dr. Ir. Adi Maulana. Dari pihak Unhas TV, turut hadir Komisaris Eka Sastra dan Direktur Utama Yusran Darmawan.
Rektor Unhas Prof. Jamaluddin Jompa menegaskan, perubahan status Unhas Press dari layanan menjadi badan usaha akan memberi dampak positif bagi universitas.
“Publikasi akan meningkat serta berkontribusi pada reputasi akademik kampus. Kita ingin sama-sama bergerak menuju world class university,” ujarnya.
Dalam paparannya, Prof. Ruslin memaparkan perkembangan Unhas Press, termasuk jumlah ISBN yang telah diterbitkan. Ia berharap produksi buku semakin bertambah sehingga memperkuat posisi Unhas di tingkat nasional maupun internasional.
Transformasi Unhas Press mencontoh tradisi di kampus-kampus besar dunia. Penerbitan kampus tidak hanya menerbitkan karya akademik, tetapi juga membangun reputasi intelektual global universitas.
Di luar negeri, penerbitan kampus menjadi rujukan dunia. Keberadaan penerbit universitas berfungsi sebagai motor produksi pengetahuan sekaligus simbol kualitas akademik.

Direktur Utama Unhas TV, Yusran Darmawan, menjelaskan bahwa sinergi dengan Unhas TV akan memperluas jangkauan publikasi.
“Antara Unhas TV dan Unhas Press memiliki core yang sama, yakni diseminasi informasi. Setiap buku akan menginspirasi lahirnya percakapan publik. Setiap publikasi baru akan mendapat eksposur luas melalui talkshow, podcast, hingga launching buku di Unhas TV,” jelasnya.
Komisaris Unhas TV, Eka Sastra, menegaskan visi besar pengembangan ini. “Kami ingin menjadikannya rumah pengetahuan. Tidak hanya mencetak buku, tapi menjadi pusat diseminasi pengetahuan, ruang pertemuan gagasan, dan rumah ilmu yang bergerak bersama kampus,” katanya.
Menurut Eka, lembaga penerbitan universitas di era sekarang seharusnya tampil sebagai simpul intelektual yang hidup, bukan sekadar percetakan formal.
Ia membayangkan Unhas Press bertransformasi menjadi ruang yang multifungsi: tempat mahasiswa belajar menulis, dosen mendiseminasikan risetnya, dan masyarakat mendapatkan akses terbuka pada literatur ilmiah maupun populer.
Ia ingin agar Unhas Press menjadi campus hub yang menautkan aktivitas akademik dengan kehidupan sehari-hari. Kehadirannya bukan hanya di rak-rak buku, tetapi juga dalam bentuk diskusi publik, pameran literasi, kelas penulisan kreatif, hingga forum yang menghadirkan penulis dan pemikir dari dalam maupun luar negeri.
“Setiap karya yang lahir dari kampus tidak boleh berhenti sebagai laporan penelitian. Ia harus menjadi pengetahuan yang mengalir, dibaca, diperdebatkan, dan menginspirasi publik,” ujar Eka.
Ia menambahkan, gagasan tentang Kafe Literasi menjadi bagian penting dari visi ini. Sebuah ruang yang menyatukan buku, kopi, dan percakapan intelektual, yang bisa menjembatani mahasiswa, peneliti, pengusaha, dan masyarakat umum dalam suasana egaliter.
“Kami ingin menciptakan atmosfer kampus yang terasa hidup, di mana buku bukan hanya benda, tetapi pintu masuk untuk dialog dan kolaborasi,” katanya.
Dengan demikian, Unhas Press tidak hanya berfungsi sebagai penerbit, melainkan sebagai knowledge hub yang memperkuat ekosistem akademik Unhas sekaligus mendekatkan universitas pada masyarakat luas.
Pada akhir pertemuan, disepakati pembentukan tim transisi yang dipimpin Prof. Ruslin untuk mempersiapkan transformasi Unhas Press menjadi badan usaha profesional.
Tim ini diberi mandat untuk merumuskan struktur kelembagaan, menyusun regulasi internal, hingga menyiapkan model bisnis yang sesuai dengan kebutuhan kampus.
Selain itu, tim juga akan mengkaji potensi kolaborasi dengan penerbit nasional maupun internasional, memastikan setiap produk Unhas Press tidak hanya memenuhi standar akademik, tetapi juga mampu bersaing di pasar buku yang lebih luas.
Keberadaan tim transisi ini diharapkan menjadi jembatan antara kondisi Unhas Press saat ini sebagai unit layanan dengan visi masa depan sebagai unit bisnis yang mandiri.
Mereka akan mengawal tahapan transformasi, mulai dari manajemen penerbitan, penguatan kualitas editorial, peningkatan kapasitas SDM, hingga perluasan distribusi.
Tim ini juga ditugasi menyiapkan agenda jangka pendek seperti peluncuran program pelatihan penulisan, integrasi sistem digital publishing, serta penciptaan ekosistem literasi yang lebih inklusif di lingkungan kampus.
Dengan langkah tersebut, Unhas optimistis transformasi Unhas Press dapat berjalan mulus dan memberi kontribusi nyata, baik bagi reputasi akademik maupun bagi pengembangan ekosistem pengetahuan di Indonesia timur.