UNHAS.TV - Mungkin kita pernah mendengar bahwa pengeroposan tulang atau osteoporosis adalah penyakit orang tua. Tapi apa jadinya jika tulang keropos kini menghantui anak muda usia 20 hingga 30 tahun?
Fenomena ini bukan sekadar isapan jempol. Data dari WHO dan berbagai jurnal medis menunjukkan bahwa osteoporosis tak lagi eksklusif menghampiri manula. Justru kini, generasi muda mulai menunjukkan gejala awal pengeroposan tulang.
"Sebenarnya osteoporosis itu adalah kondisi ketika densitas tulang menurun, sehingga tulang menjadi rapuh dan mudah patah," jelas Dr dr. Muhammad Sakti, Sp.OT(K), dokter spesialis ortopedi dan traumatologi konsultan dalam program Unhas Sehat di studio Unhas TV.
Tulang memang tersembunyi di balik kulit dan otot, namun ia menjadi fondasi tubuh. Sayangnya, perannya yang vital sering diabaikan. Banyak anak muda merasa sehat secara kasat mata, padahal tulangnya mulai keropos dalam diam.
“Ini yang disebut silent killer,” kata dr. Sakti. “Tidak ada gejala sampai akhirnya patah. Banyak pasien yang datang setelah jatuh ringan, tapi tulangnya sudah retak. Saat dicek, baru ketahuan ternyata osteoporosis,” lanjutnya.
Ironisnya, banyak kasus osteoporosis pada usia muda tak disadari karena pola hidup modern. Aktivitas fisik minim, paparan sinar matahari yang kurang, konsumsi makanan cepat saji, hingga tren diet ekstrem menjadi kombinasi mematikan.
“Sekarang makanan bukan lagi soal gizi, tapi soal tren,” ujar dr. Sakti. “Anak muda kumpul di kafe, pesan minuman manis kekinian, kopi gula tinggi, makanan cepat saji. Semuanya berpotensi menghambat penyerapan kalsium.”
Bukan hanya kalsium yang diperlukan tubuh untuk membentuk tulang. Protein, magnesium, fosfor, hingga vitamin D dan K juga berperan penting.
“Vitamin D, misalnya, perannya membawa kalsium ke tulang. Tanpa paparan matahari, vitamin D tidak aktif. Jadi, walau kita minum susu tiap hari, kalau tidak kena matahari, sia-sia saja,” kata Ketua Departemen Ortopedi dan Traumatologi FK Unhas ini.
Sayangnya, sinar matahari justru kian dijauhi. Banyak anak muda khawatir kulitnya gelap atau terkena paparan UV. Bahkan muncul tren menolak sinar matahari dengan dalih kesehatan kulit.
“Padahal, kalau semua ditutupi dan pakai sunscreen tebal, UV yang dibutuhkan tubuh tidak terserap. Akibatnya, vitamin D tidak terbentuk,” jelas dokter yang pernah mengikuti fellowship cedera olahraga di Rumah Sakit Hamawaki, Hiroshima, Jepang ini.
Bahaya Diet Ekstrem
>> Baca Selanjutnya