Kesehatan
Unhas Figure

Silent Killer Bernama Osteoporosis, Ancaman dari Gaya Hidup Kekinian, Tulang Rapuh di Usia Muda




Kepala Departemen Ortopedi dan Traumatologi FK Unhas Dr dr Muhammad Sakti SpOT-K FICS. (dok unhas.tv)


Tren lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah diet ekstrem. Banyak anak muda yang ingin cepat langsing tanpa memahami kebutuhan gizi tulangnya.

“Ada yang diet tanpa protein, tanpa susu, bahkan tidak makan telur. Padahal tulang itu butuh bahan baku untuk tumbuh,” tegas dr. Sakti.

Dokter kelahiran Parepare, 1 Oktober 1976 ini menyebut bahwa beberapa kasus tulang mudah patah pada usia muda disebabkan oleh pola makan ekstrem tanpa asupan gizi seimbang.

“Kalau tidak ada bahan bakunya, ya tulangnya keropos. Seperti bangun rumah tanpa semen,” tandas dokter anggota dari organisasi bedah internasional atau Fellow of the International College of Surgeons (FICS) ini.

Lantas kapan harus mulai peduli dengan tulang kita? Pertanyaan ini dijawab dengan lugas oleh dr. Sakti. “Ya, sejak sebelum lahir,” terangnya.

Ia menjelaskan bahwa kebutuhan kalsium sudah penting bahkan sejak dalam kandungan. Gizi ibu saat hamil menentukan kualitas tulang anak.

“Kalau baru diperhatikan setelah dewasa, sebenarnya sudah agak terlambat,” ujar dokter yang pernah bertugas di klub Persatuan Sepakbola Makassar (PSM) tahun 2010-2011 ini. 

Maka, perhatian terhadap tulang harus dimulai sejak usia dini. Anak-anak harus dibiasakan aktif, terpapar sinar matahari, dan makan makanan kaya kalsium seperti ikan teri, susu, telur, dan sayuran hijau.

“Ikan teri kecil-kecil itu justru kaya kalsium. Dimakan sama tulangnya, jadi akan memperkaya kandungan kalsium untuk memperkuat tulang kita,” katanya.

Tulang bukan hanya soal makan dan minum. Gerakan fisik adalah pemicu agar kalsium masuk ke dalam tulang. “Kalau tidak pernah diberi tekanan, tulang tidak merasa perlu menyimpan kalsium,” ucap dr. Sakti.

Olahraga ringan seperti berjalan, berlari, atau mengangkat beban bisa menjadi solusi sederhana. Bahkan di tengah aktivitas sibuk, kita bisa melakukan squat 20 kali sehari atau latihan menggunakan karet elastis.

“Yang penting ada tekanan ke tulang. Supaya tubuh tahu tulangnya perlu diperkuat,” jelas dokter yang pernah terlibat Fellowship Penelitian Dasar Bedah Lutut dan Artroskopi di Universitas Hiroshima, Hiroshima, Jepang (29 Mei – 29 November 2013).

Namun demikian, dokter yang saat masih mahasiswa S1 tergabung dalam Tim Bantuan Medis (TBM) Calcaneus FK Unhas ini mengingatkan pentingnya pengawasan. “Kalau mau angkat beban di gym, pastikan diawasi trainer. Salah teknik, malah cedera.”

Kaum Perempuan Lebih Rentan

>> Baca Selanjutnya