Karir
News
Sosial

Srikandi PLN: Ketangguhan Perempuan di Tengah Dunia Energi yang Maskulin

UNHAS.TV – Di tengah dominasi pekerja laki-laki di lingkungan PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) Persero, perempuan-perempuan tangguh di Unit Bisnis Pembangkitan (UBP) Tello tampil menunjukkan peran penting mereka lewat wadah Srikandi PLN.

Dibentuk sejak 2022, komunitas ini hadir sebagai ruang pemberdayaan dan perlindungan bagi pegawai perempuan di lingkungan PLN Indonesia Power (PLN IP).

Data terbaru menunjukkan, keterwakilan perempuan di PLN IP mencapai 518 karyawan atau 10,07% dari total pegawai.

Sebanyak 37 orang (0,72%) menduduki posisi manajerial, sementara 99 perempuan (1,9%) menempati peran di bidang STEM atau engineering. Ini menjadi sebuah capaian penting di industri yang masih lekat dengan stereotip gender.

Secara nasional, lebih dari 30% posisi kepemimpinan di level top management PLN Indonesia Power kini diisi oleh perempuan, termasuk dua dari enam anggota dewan direksi yang aktif saat ini.

Bagi Siti Aisyah, Officer Akuntan PLN UBP Tello sekaligus anggota Srikandi PLN, kehadiran komunitas ini berangkat dari kesadaran atas risiko diskriminasi dan pelecehan yang mungkin dihadapi perempuan di lingkungan kerja yang mayoritas laki-laki.

“Kami ingin memperlihatkan bahwa perempuan-perempuan itu berdaya di PLN, dan mereka dilindungi. Srikandi ini mencerminkan ketangguhan, keanggunan, dan kecerdasan,” ujarnya.

Khas dengan rompi berwarna merah muda dan logo kupu-kupu sebagai simbol kelembutan dan transformasi, para anggota Srikandi menjadi wajah baru perempuan PLN. Menjadi perpaduan antara ketangguhan dan keanggunan di dunia kerja yang masih kental dengan nuansa maskulin.

Di UBP Tello, Srikandi menjalankan berbagai program sosial setiap tahunnya. Salah satunya adalah pembinaan dan pendampingan anak-anak dengan gizi buruk, bekerja sama dengan lembaga kesehatan dan puskesmas setempat.

Pendampingan dilakukan selama 3–6 bulan, melibatkan dokter, ahli gizi, dan relawan posyandu. “Kami memberdayakan posyandu untuk ikut mendampingi. Setiap hari kami suplai makanan sesuai rekomendasi ahli gizi, lalu dievaluasi setiap minggu,” jelas Aisyah.

Selain itu, Srikandi juga aktif dalam kegiatan sosial seperti bantuan untuk perempuan single parent dan warga kurang mampu, penanaman pohon di Parangloe, serta program pemberdayaan UMKM bagi ibu rumah tangga.

Dalam program “Pemuda Berdaya”, mereka tidak hanya memberikan pelatihan menjahit dan modal usaha, tetapi juga melakukan pendampingan berkelanjutan dengan lembaga mitra. 

“Kami tidak hanya memberi bantuan, tapi juga membina dan memonitor agar ada hasil nyata,” tambahnya.

Wahidah, Officer Keuangan PLN UBP Tello, menegaskan bahwa Srikandi bukan sekadar simbol, melainkan gerakan yang menunjukkan bahwa perempuan bisa sejajar dalam profesionalitas dan kontribusi.

“Harapan kami, Srikandi ini bisa menjadi teladan. Perempuan bisa kok berdaya, dan dilindungi oleh perusahaan. Bisa sejajar dengan bapak-bapak di luar sana,” ucapnya.

Melalui berbagai inisiatif sosial dan pemberdayaan, Srikandi PLN berupaya memperlihatkan wajah baru perempuan di sektor energi yakni kuat, cerdas, dan berdaya.

Sekaligus menegaskan bahwa kesetaraan bukan sekadar wacana, melainkan budaya yang sedang dibangun bersama.

(Rizka Fraja / Unhas.TV)