Karir
News

Lulus Lemhannas, Arief Rosyid Serukan Penguatan Meritokrasi bagi Pemimpin Muda

Alumnus FKG Unhas Dr drg Muhammad Arief Rosyid Hasan MKM, dinyatakan lulus Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan XXVI Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) pada Selasa (2/12/2025). (dok pribadi)

JAKARTA, UNHAS.TV - Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) Angkatan XXVI Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) resmi ditutup pada Selasa (2/12/2025).

Salah satu peserta, Dr drg Muhammad Arief Rosyid Hasan MKM, alumnus FKG Unhas menuntaskan Kertas Kerja Perorangan (KKP) bertema strategis berjudul “Meritokrasi Kepemimpinan Muda Guna Transformasi SDM Unggul dalam Rangka Ketahanan Nasional.”

Dalam laporan akhirnya, Arief menekankan pentingnya reformasi sistem kepemimpinan nasional melalui penerapan meritokrasi yang adil, transparan, dan berbasis kompetensi.

Ia menilai bonus demografi hanya akan menjadi kekuatan apabila generasi muda diberi ruang memimpin dalam sistem yang bebas dari patronase dan senioritas.

“Jumlah generasi muda mencapai 53 persen. Artinya, potensi pemimpin muda Indonesia besar, tetapi belum sepenuhnya terserap ke posisi strategis," ujarnya.

"Meritokrasi bukan hanya persoalan teknokrasi, tetapi agenda kebangsaan untuk memperkuat Ketahanan Nasional,” tegas Arief.

Arief juga mengkritisi ketidaksesuaian antara norma dan praktik dalam rekrutmen jabatan publik maupun kepemimpinan politik.

Menurutnya, proses penempatan pemimpin di berbagai sektor masih dipengaruhi modal ekonomi, kedekatan dengan kekuasaan, serta budaya senioritas. Kondisi ini, ia menilai, berpotensi menghambat regenerasi dan melemahkan ketahanan bangsa.

Dalam KKP-nya, Arief menawarkan Strategi Tiga Pilar Holistik untuk memperkuat Lemhannas sebagai pusat kaderisasi kenegarawanan.

Strategi tersebut mencakup penerapan Manajemen Talenta Nasional berbasis data dan kompetensi, yang memungkinkan pemerintah memetakan sekaligus menempatkan pemimpin muda potensial dari berbagai sektor—pemerintahan, industri, pendidikan, hingga organisasi masyarakat—secara objektif dan terencana.

Untuk memastikan transparansi dan akuntabilitas, Arief juga mengusulkan pembentukan Indeks Kepemimpinan Muda, sebuah instrumen pengukuran publik yang bertujuan memantau proses regenerasi serta memastikan bahwa promosi kepemimpinan berjalan adil dan terukur sesuai kebutuhan Indonesia menuju 2045.

Lebih lanjut, Arief menegaskan bahwa penguatan meritokrasi kepemimpinan muda menjadi prasyarat bagi stabilitas politik, inovasi ekonomi, dan ketangguhan karakter kebangsaan sebagai fondasi Ketahanan Nasional.

“Indonesia harus memastikan yang terbaik dan berintegritas-lah yang memimpin—bukan yang sekadar dekat dengan kekuasaan. Bangsa ini membutuhkan pemimpin muda yang cerdas, berkarakter, dan siap menghadapi tantangan geopolitik dan teknologi,” ujarnya.

Selama 3,5 bulan mengikuti P3N, Arief terlibat dalam berbagai diskusi strategis bersama tokoh nasional, mengikuti kajian mendalam di kelas, serta menjalani studi strategis luar negeri untuk memperkaya perspektif geopolitik dan tata kelola SDM unggul.

Menutup masa pendidikannya, Arief mengajak generasi muda dari berbagai sektor untuk turut berpartisipasi dalam program P3N Lemhannas.

“Lemhannas adalah kawah candradimuka untuk menjadi pemimpin lintas sektor. Saya berharap lebih banyak orang muda hadir di sini, menjadikan Lemhannas sebagai bekal untuk mengabdi bagi bangsa,” pungkasnya.

Pendidikan Pemantapan Pimpinan Nasional (P3N) merupakan program strategis Lemhannas RI yang bertujuan memperkuat kapasitas kepemimpinan nasional lintas unsur—mulai dari TNI, Polri, ASN, akademisi, tokoh masyarakat, hingga pelaku pembangunan bangsa.

Program ini dirancang untuk menanamkan integritas, visi kebangsaan, kemampuan berpikir strategis, serta karakter kenegarawanan dalam menghadapi dinamika global dan menjaga Ketahanan Nasional. (*)