UNHAS.TV - Kanker anak masih menjadi tantangan besar di Indonesia. Banyak kasus yang terlambat terdeteksi sehingga mempersulit pengobatan dan berdampak pada kualitas hidup anak di masa depan.
Kanker anak masih menjadi masalah serius di Indonesia, dengan banyak kasus yang terdeteksi terlambat. Keterlambatan ini membuat pengobatan semakin sulit dan berdampak pada masa depan anak.
Dalam peringatan Hari Kanker Anak Sedunia pada 15 Februari, Dr. dr. Nadirah Rasyid Ridha, M.Kes, Sp.A(K) Subsp HO, dokter spesialis Hemato-onkologi dan dosen Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, menyoroti pentingnya kesadaran masyarakat terhadap deteksi dini dan penanganan kanker anak.
"Setiap tahun, sekitar 3.000 anak di Indonesia terdiagnosis kanker," ungkap dokter Nadirah, yang telah menangani pasien kanker anak sejak 2008 di RS Universitas Hasanuddin dan RS Wahidin Sudirohusodo.
Pada program Unhas Sehat, Selasa (18/2/2025), Ia mengakui bahwa penanganan kanker anak bukanlah tugas yang mudah, tetapi keinginan untuk menyelamatkan masa depan mereka menjadi motivasi utama.
Beberapa jenis kanker yang sering menyerang anak antara lain leukemia (kanker darah), retinoblastoma (kanker mata), glioma atau medulloblastoma (kanker otak), tumor Wilms (kanker ginjal), neuroblastoma (kanker saraf), osteosarkoma dan Ewing sarcoma (kanker tulang), rhabdomyosarcoma (kanker otot), serta limfoma (kanker kelenjar getah bening).
Menurut dokter spesialis anak ini, kanker pada anak bisa muncul sejak lahir akibat mutasi genetik berulang. Faktor risiko meliputi paparan asap rokok dan alkohol selama kehamilan.
Berbeda dengan kanker pada orang dewasa yang sering dipengaruhi oleh gaya hidup, kanker anak berkembang lebih cepat sehingga membutuhkan deteksi dini untuk meningkatkan peluang kesembuhan.
Kasus Leukemia di Indonesia Timur
>> Baca Selanjutnya