Pemain Manchester City kecewa kalah dari Al Hilal di babak 16 Besar Piala Dunia Antraklub, Senin (1/7/2025). (screenshot the sun/getty images)

Kekecewaan juga muncul dari pernyataan Chairman City, Khaldoon Al-Mubarak, yang sebelumnya menyebut turnamen ini sebagai “kompetisi yang sangat serius” dan bahwa mereka datang untuk memenangkannya.

Fakta bahwa mereka dikalahkan oleh klub asal negara tetangga pemilik mereka (Abu Dhabi, Uni Emirate Arab) semakin memperparah rasa malu itu.

Secara finansial, City memang masih membawa pulang hadiah £37 juta. Namun, Chelsea kini menjadi satu-satunya wakil Inggris yang tersisa dan memiliki jalan yang lebih mudah menuju semifinal karena tak lagi berhadapan dengan City.

Dampak sesungguhnya dari kekalahan ini mungkin baru akan terlihat saat Liga Inggris dimulai kembali pada 16 Agustus mendatang.

Dengan libur musim panas yang dipersingkat, kelelahan fisik dan mental masih akan membayangi skuad asuhan Guardiola. Belum lagi, mereka harus menjalani pramusim dengan minim waktu pemulihan.

Absennya Kevin De Bruyne yang telah meninggalkan klub, juga memperbesar kekosongan kreativitas yang sudah terasa sejak musim lalu. City kehilangan pemimpin lapangan mereka—dan tampaknya belum menemukan pengganti sepadan.

Sementara itu, rival-rival mereka seperti Liverpool di bawah Arne Slot dan Arsenal yang terus berkembang di bawah Mikel Arteta kemungkinan besar menyambut hasil ini dengan senyum puas.

Ketika City terseok-seok, peluang pesaing mereka untuk merebut dominasi Premier League semakin terbuka lebar.

Meski Guardiola mungkin akan menyebut ini sebagai ujian kesiapan dan momen regenerasi, namun kekalahan dari Al-Hilal tetap akan dikenang sebagai momen terburuk City dalam satu dekade terakhir.

Dan bagi Premier League, ini adalah pengingat pahit bahwa superioritas mereka tak lagi mutlak di panggung global.

Musim baru akan segera dimulai. Tapi luka dari Kota Orlando, Amerika Serikat akan sulit disembuhkan dalam waktu dekat. (*)