.webp)
Upacara mappacci di salah satu kediaman warga saat putra-putri sebelum melangsungkan akad nikah di Maros. Credit: Dokumen Pribadi.
Oleh karenanya, tradisi ini sejalan dengan semangat sunnah Nabi SAW, meskipun bukan merupakan bagian dari sunnah yang spesifik. Namun, pembacaan puji-pujian, doa, dan zikir dalam rangka menyambut pernikahan mencerminkan nilai-nilai Islam seperti syukur, permohonan keberkahan, serta kecintaan kepada Rasulullah. Nabi SAW juga sangat menganjurkan penyebaran cinta dan doa dalam berbagai momentum penting kehidupan.
Tradisi Masikkiri Syaraful Anam merupakan wujud kearifan lokal masyarakat Bugis-Makassar yang mengandung nilai spiritual, sosial, dan budaya. Tradisi ini secara substansial tidak bertentangan dengan syariat Islam, bahkan memperkaya makna pernikahan dalam perspektif sunnah Nabi SAW.
Pelestarian tradisi ini perlu dilakukan secara bijak, dengan menjaga nilai-nilai Islam yang esensial, dan menyaring unsur-unsur budaya agar tetap sesuai dengan ajaran agama.
Benarkah Lagu dalam Upacara Massikkiri Syarapul-Anam Di Kalangan Bugis Mekasar Tidak Memenuhi Standar Nagham?
Jawabannya bersifat multidimensi, yakni
1. Fungsi Utama Lagu, Bukan untuk Estetika, tapi Spiritualitas.
Lagu dalam tradisi Masikkiri Syaraful Anam di kalangan Bugis-Makassar bukan bertujuan untuk keindahan musik seperti dalam pertunjukan seni biasa. Fokus utamanya adalah penghayatan spiritual, penghormatan kepada Nabi Muhammad SAW, dan doa bersama. Maka dari itu, nada-nadanya lebih bersifat repetitif, mendayu, dan bebas dari struktur musik formal seperti tangga nada atau harmoni.
2. Menelaah Asal-usul dan Perkembangan Tradisi.
Tradisi ini berkembang dari oral tradition (tradisi lisan), bukan dari sistem notasi musik formal. Bacaan Syaraful Anam diwariskan dari mulut ke mulut, sehingga improvisasi dan variasi lagu sangat mungkin terjadi. Hal ini menyebabkan tidak adanya "kaidah lagu" yang baku seperti dalam musik klasik Arab atau Barat.
3. Pengaruh Lokal.
Melodi dan langgamnya banyak dipengaruhi oleh intonasi lokal dan cara melantunkan doa-doa atau barzanji di Sulawesi Selatan. Setiap daerah atau bahkan kelompok pengaji bisa memiliki “gaya” sendiri yang khas, tergantung dari guru atau komunitas mereka.
4. Menghindari Unsur Musik yang Berlebihan.
Dalam budaya Islam tradisional, khususnya di komunitas Bugis-Makassar yang kuat nilai keagamaannya, musik dalam konteks ritual diusahakan tidak mengandung unsur yang terlalu "menghibur" atau "menggoda perasaan." Maka, lagu-lagu dalam Masikkiri cenderung datar, sederhana, dan menghindari lenggokan yang berlebihan.