MAKASSAR, UNHAS.TV - Universitas Hasanuddin terus mengembangkan inovasi berbasis laut dalam mendukung ketahanan pangan dan energi nasional melalui riset unggulan rumput laut.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Pusat Unggulan IPTEKS Pengembangan dan Pemanfaatan Rumput Laut Unhas, Kasmiati, STP., M.P., Ph.D., dalam program Unhas Speak Up yang ditayangkan di kanal YouTube Unhas TV.
Kasmiati menjelaskan bahwa potensi rumput laut Indonesia sangat besar, bahkan menjadi produsen rumput laut tropis terbesar di dunia.
“Indonesia memiliki sekitar 700 spesies rumput laut, tetapi yang umum dibudidayakan yaitu Eucheuma cottonii dan Gracilaria,” jelasnya.
Ia menambahkan, Sulawesi Selatan menjadi salah satu sentra utama penghasil rumput laut nasional dengan kontribusi 35–40% produksi nasional, khususnya di Kabupaten Takalar.
Meski begitu, sebagian besar rumput laut Indonesia masih diekspor dalam bentuk bahan mentah, sehingga nilai ekonominya belum maksimal.
“Nilai tambah hanya bisa didapat melalui pengolahan lanjutan, dan inilah pentingnya inovasi dan riset,” ujar Kasmiati.
Pusat Unggulan IPTEK Rumput Laut Unhas telah melakukan berbagai inovasi, mulai dari pengembangan bibit kultur jaringan, sistem budidaya lepas pantai dengan teknologi pot, hingga produk pangan sehat seperti mi berbasis rumput laut dan nori lokal dari rumput laut hijau.
Kasmiati juga menegaskan pentingnya sinergi antara universitas dan industri agar inovasi tidak berhenti di laboratorium, tetapi bisa masuk pasar. “Kami sangat terbuka terhadap kolaborasi dengan mitra industri untuk hilirisasi produk,” pungkasnya.
Melalui pengembangan rumput laut, Unhas menunjukkan peran aktif dalam menciptakan solusi masa depan berbasis laut yang berkelanjutan, dari pangan, energi, hingga lingkungan.
(Venny Septiani Semuel / Unhas.TV)