Saintek
Unhas Menjawab

Unhas Siap Jadi Pusat Kajian Hilirisasi Nikel

UNHAS.TV - Universitas Hasanuddin (Unhas) siap memimpin transformasi industri nikel Indonesia melalui pembentukan Pusat Kajian Hilirisasi Nikel. Langkah ini dianggap sebagai upaya strategis untuk memaksimalkan potensi sumber daya alam Indonesia, sekaligus mendukung visi Indonesia Emas 2045.

Prof. Dr. Adi Maulana, Wakil Rektor Bidang Kemitraan, Inovasi, Kewirausahaan, dan Bisnis Unhas, menegaskan bahwa universitas ini memiliki berbagai keunggulan yang membuatnya layak menjadi Pusat Kajian Hilirisasi nikel.  


Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen nikel terbesar di dunia, menyumbang sekitar 60% pasokan nikel global. Namun, selama ini Indonesia lebih banyak mengekspor nikel dalam bentuk bijih mentah, yang nilai ekonominya jauh lebih rendah dibandingkan produk olahan. Hilirisasi nikel, atau proses pengolahan nikel menjadi produk bernilai tambah tinggi seperti stainless steel, baterai kendaraan listrik, dan prekursor baterai, dinilai sebagai solusi untuk meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia.  

“Dengan hilirisasi, kita tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga menciptakan produk bernilai tinggi yang bisa bersaing di pasar global,” ujar Prof. Adi Maulana.  

Menurutnya, hilirisasi nikel akan memberikan dampak positif yang luas, mulai dari peningkatan pendapatan negara, penciptaan lapangan kerja, hingga pengurangan ketergantungan pada ekspor bahan mentah. 

“Pembangunan smelter dan industri berbasis nikel akan menciptakan ribuan lapangan kerja baru, tidak hanya di sektor pertambangan, tetapi juga di industri manufaktur dan teknologi,” tambahnya.  

Unhas dipilih sebagai pusat kajian hilirisasi nikel bukan tanpa alasan. Prof. Adi Maulana menjelaskan bahwa universitas ini memiliki beberapa keunggulan strategis. Pertama, Unhas terletak di Pulau Sulawesi, yang merupakan penghasil nikel terbesar di Indonesia. Sekitar 60-70% produksi nikel nasional berasal dari Sulawesi, menjadikan Unhas sebagai lokasi yang ideal untuk kajian dan penelitian terkait nikel.  

Kedua, Unhas memiliki sumber daya manusia, laboratorium, dan infrastruktur yang mumpuni. Sebagai perguruan tinggi negeri berbadan hukum, Unhas telah mengembangkan berbagai program studi yang relevan dengan industri pertambangan dan pengolahan nikel. “Kami memiliki komitmen kuat untuk mendukung hilirisasi nikel yang berkelanjutan dan ramah lingkungan,” tegas Prof. Adi.  

Komitmen Unhas terhadap lingkungan juga dibuktikan dengan prestasinya meraih predikat SDGs Award dari Bappenas, menempatkan Unhas sebagai universitas dengan peringkat kedua dalam pengelolaan lingkungan. Hal ini sejalan dengan visi hilirisasi nikel yang tidak hanya berfokus pada keuntungan ekonomi, tetapi juga keberlanjutan lingkungan.  

Dukungan untuk Industri Kendaraan Listrik

Salah satu fokus utama hilirisasi nikel adalah mendukung pengembangan industri kendaraan listrik. Nikel merupakan bahan utama dalam baterai lithium-ion, yang menjadi komponen kunci dalam kendaraan listrik. Dengan mengolah nikel menjadi prekursor baterai atau bahkan baterai itu sendiri, Indonesia berpotensi menjadi pusat industri kendaraan listrik dunia.  

“Tren global menuju energi ramah lingkungan membuka peluang besar bagi Indonesia. Hilirisasi nikel akan membuat kita lebih kompetitif di pasar internasional, bersaing dengan negara-negara seperti Cina dan Rusia,” jelas Prof. Adi.  


>> Baca Selanjutnya