
Kedua tentukan pokok bahasan. “Kalau mau bicara soal zakat, jangan sampai melebar ke hal-hal lain yang tidak relevan,” tuturnya.
Untuk itu, ujar Ustadz Das'ad, penting sekali mengkapling materi agar tetap fokus pada tema utama sangatlah penting agar pesan dakwah tidak kehilangan arah.
Ketiga dapat menggunakan teks sebagai panduan. Menurutnya, membaca teks saat berpidato memang bisa membantu, tetapi ada risiko tersendiri jika kehilangan catatan.
“Lain yang disimpan di kantong, lain pula yang dibacakan,” selorohnya. Ia menyarankan agar teks digunakan dengan bijak, sebagai panduan agar tetap fokus pada inti pembicaraan.
Keempat menggunakan kerangka yang sistematis. Metode ini sering digunakan dalam penyampaian ilmiah dengan hadirnya kerangka ceramah.
“Misalnya kalau membahas puasa, pertama dijelaskan pengertiannya, lalu masuk ke rukun-rukun dan hikmahnya,” jelasnya. Dengan struktur yang jelas, ceramah menjadi lebih sistematis dan mudah dipahami.
Dalam sesi yang berlangsung santai namun penuh wawasan ini, Ustadz Das’ad juga berbagi pengalaman unik saat mengajar public speaking.
Ia pernah meminta mahasiswanya yang takut berpidato untuk keluar kelas dan mengamati lingkungan sekitar selama 15 menit.
Setelah kembali ke kelas, mahasiswa tersebut diminta menceritakan apa yang dilihat. “Itulah berpidato! Menceritakan apa yang ingin disampaikan. Jadi, yang utama tetap ilmu dulu,” ujarnya.
Pesan yang disampaikan Ustadz Das’ad dalam sesi ini menjadi inspirasi bagi para calon dai agar terus mengasah kemampuan berdakwah, tidak hanya dengan memahami ilmu agama tetapi juga dengan menguasai cara menyampaikannya dengan baik. “Jangan berhenti belajar dan terus tingkatkan keterampilan berbicara,” pungkasnya. (*)
(Arif Fuddin Usman/Unhas.TV)