MAKASSAR, UNHAS.TV - Sekira 6.000-an peserta dari 12 Klenteng memeriahkan Arak-Arakan Dewa dan Budaya Festival Cap Go Meh di Jalan Sulawesi Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Minggu (2/2/2025).
Dari ribuan peserta itu, ada juga dari luar Kota Makassar, seperti dari Kota Parepare dan Kabupaten Takalar. Festival Cap Go Meh ini kembali digelar setelah vakum selama 11 tahun.
Beragam pertunjukan dalam arak-arakan dewa dan budaya Tionghoa ini, mulai dari marching band, barisan bendera merah putih, barisan Bhineka Tunggal Ika, Barongsai, dan Naga Liong.
Ada juga penampilan tarian tradisional Tiongkok oleh 100 penari dari Klenteng Girinaga. Vihara ini juga sekaligus dengan peserta terbanyak yakni 1.300 orang dengan mengenakan pakaian bernuansa kuning. Warna ini melambangkan keberuntungan, kemakmuran, dan kesejahteraan.
Penjabat Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel) Prof Dr Ir Fadjry Jufry MSi, menyebut jika perayaan arak-arakan dewa dan budaya festival Cap Go Meh merupakan bagian dari budaya Sulawesi Selatan yang harus terus dilestarikan.
"Kami mendukung dan mensupport karena ini bagian dari budaya di Sulsel. Tentu kami akan selalu menyambut baik dan berharap acara ini dilakukan setiap tahun," terangnya saat memberikan sambutan.
Fadjry Jufry mengenakan batik bernuansa merah. Ia hadir sekitar pukul 13.00 Wita, bersama sejumlah pejabat lainnya, termasuk adalah Sekretaris Daerah Sulawesi Selatan (Sekda Sulsel) Dr H Jufri Rahman MSi.
Festival Cap Go Meh tahun ini mengangkat tema "Kebersamaan Dalam Keberagaman Menuju Generasi Emas 2045". Fadjry Jufry mengatakan jika tema yang dipilih sangat sesuai dengan kondisi Sulawesi Selatan yang penuh keberagaman.
"Sulawesi Selatan ini adalah provinsi yang besar. Suku dan Adat boleh berbeda tapi kita punya visi yang sama untuk membangun Sulsel yang lebih maju dan sejahtera," jelas pria yang lahir di Makassar, 14 Maret 1969 itu.
Sementara itu, Ketua Perwakilan Umat Buddha Indonesia Sulawesi Selatan (Walubi Sulsel) yang merupakan penyelenggaraan festival ini, Henry Sumitomo, menjelaskan alasan arak-arakan dewa dan budaya tidak terlaksana tiap tahun. Salah satunya adalah faktor persiapan.
"Setiap acara begini tidak gampang. Karena setiap mau diadakan, kita acara ritual dulu dengan dewa-dewi setuju atau tidak. Jadi, ini memang termasuk langka karena butuh persiapan juga," ujarnya saat dijumpai media.
Arak-arakan dewa dan budaya Festival Cap Go Meh 2025 di Kota Makassar ini menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia.
Puncaknya akan digelar pada 12 Februari 2025 di Jalan Sulawesi, dengan mengundang para pelaku UMKM, hingga penyanyi lokal dan nasional untuk berpartisipasi. (*)
(Zulkarnaen / Unhas.TV)