News
Pendidikan

10 Rektor dengan H-Index Tertinggi di Indonesia, Rektor Unhas Ada di Peringkat 2

Daftar rektor dengan nilai 10 tertinggi H-index di Indonesia. (jatinangor.com)

MAKASSAR, UNHAS.TV – Laporan pemeringkatan akademik terbaru yang dirilis AD Scientific Index menempatkan sepuluh rektor perguruan tinggi di Indonesia sebagai figur dengan H-index tertinggi nasional.

Indikator ini mencerminkan produktivitas akademik sekaligus tingkat sitasi ilmiah seorang peneliti. Selain produktivitas, h-index juga mengukur dampak dari karya yang diterbitkan seorang ilmuwan.

Dikutip dari jatinangor.com, dalam daftar tersebut, Muhammad Yusuf dari Politeknik Praktisi Bandung berada di posisi teratas dengan H-index 57.

Posisi kedua ditempati Rektor Universitas Hasanuddin (Unhas), Prof Jamaluddin Jompa, dengan H-index 41.

Disusul Muhammad Ali Fulazzaky dari Universitas Djuanda yang membukukan H-index 33. Sementara di posisi keempat, Harun Joko Prayitno dari Universitas Muhammadiyah Surakarta meraih H-index 32.

Pada peringkat kelima ada Rektor Universitas Brawijaya, Widodo, yang memperoleh H-index 30. Di bawahnya ada nama rektor Universitas IPB (Institut Pertanian Bogor) Prof Arif Satria mencatat H-index 29.

Dua posisi berikutnya ditempati Heri Hermansyah dari Universitas Indonesia dengan H-index 28, serta Azhar Affandi dari Universitas Pasundan dengan capaian 27.

Roisihon Anwar dari Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati Bandung turut masuk dalam daftar sepuluh besar, juga dengan H-index 27. Sementara Rektor Universitas Gadjah Mada, Ova Emilia, melengkapi daftar dengan H-index 25.

Data-data h-index dikutip dari www.adscientificindex.com. Pencapaian ini dinilai sebagai indikator peningkatan kualitas riset nasional. Sejumlah akademisi menilai daftar tersebut menjadi gambaran kompetisi positif antarperguruan tinggi dalam memperkuat reputasi ilmiah.

“H-index bukan sekadar angka. Ia menunjukkan konsistensi seorang akademisi dalam menghasilkan riset bermutu dan diakui secara internasional.

"Daftar ini menjadi refleksi bahwa perguruan tinggi kita semakin kompetitif dalam publikasi ilmiah,” ujar Prof. Fahrurrozi selaku Wakil Rektor UNJ Bidang Riset, Inovasi, dan Sistem Informasi, di website unj.ac.id.

Ia mengatakan bahwa H-Index tinggi menunjukkan tidak hanya produktivitas publikasi, tetapi juga kualitas penelitian yang diakui dan digunakan oleh peneliti lain di dunia.

"Ini adalah fondasi penting untuk memperkuat rekognisi internasional perguruan tinggi dan mendorong langkah menuju World Class University,” ujarnya.

Menurutnya, peningkatan H-index rektor tidak hanya berdampak pada reputasi individu, tetapi juga mendorong atmosfer akademik di lingkungan kampus.

“Ketika pemimpin perguruan tinggi memiliki rekam jejak riset yang kuat, itu memberi contoh langsung bagi dosen dan mahasiswa untuk terus produktif dan kolaboratif dalam penelitian,” katanya.

Daftar ini, menurut sumber yang sama, diharapkan mampu memacu kampus lain untuk memperkuat budaya riset dan meningkatkan dukungan terhadap publikasi ilmiah.

“Prestasi ini seharusnya menjadi pemantik bagi institusi untuk semakin serius mengembangkan ekosistem riset yang berkelanjutan,” ujarnya. (*)