Bagi mereka menggunakan bahasa daerah kerap kali dimaksudkan mengalami kemunduran teknologi, karena terlihat dari bahasa-bahasa yang digunakan d media isosial, yang cenderung banyak warga Indonesia yang lebih menggunakan bahasa asing seperti bahasa inggris dan bahasa korea seperti bahasa gaul bagi mereka.
Bukan hanya itu, bahkan dari lingkungan keluarga pun sudah kurang mendidik generasi penerusnya untuk mengenal Bahasa Daerah dalam kehidupan sehari harinya.
Mereka cenderung menggunakan Bahasa Indonesia bahkan banyak yang menganggap mengenalkan Bahasa Asing pada buah hati jauh lebih penting dan berguna daripada mengenal bahasa daerah sendiri, karena faktor kemajuan zaman.
Salah satu mahasiswa Jurusan Sastra Daerah Unhas, Muhammad Zaenal mengungkapkan, kondisi bahasa daerah sekarang ini sangat mengkhawatirkan. Bahasa Daerah harus secara tidak adil bersaing dengan bahasa asing yang kini mendominasi budaya Indonesia karena adanya perkembangan globalisasi.
“Melihat dari tahun ketahun saya merasa memang bahasa daerah terancam risiko kepunahan, walaupun sebenarnya banyak kampus yang menyediakan jurusan untuk pelestarian budaya khususnya bahasa daerah, namun hal tersebut tidak cukup mampu menarik peminat untuk mempelajari bahasa daerah.”
Pemerintah Indonesia khususnya Sulawesi Selatan diharapkan dapat lebih memperhatikan para pendidik atau guru bahasa daerah yang ada di Indonesia. Banyak sekolah sekolah yang tidak memiliki guru bahasa daerah, guru adalah orang yang bersentuhan langsung dengan para generasi penerus bangsa, fasilitasi mereka untuk mendidik siswa mulai dari tingkat Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Sekolah Menengah Atas (SMA) dengan lebih adaptif dan inovatif agar penggunaan bahasa daerah dapat terus berlanjut hingga ke generasi berikutnya.
Tia/Fauzan