Unhas Figure

Adi Maulana Hadirkan Buku Terlengkap Mengenai Geologi Sulawesi




“Sulawesi selalu memberikan kejutan,” tulis mereka dalam kata pengantar. “Setiap peta yang kami gambar, selalu ada teka-teki baru yang muncul. Menulis buku ini adalah perjalanan yang tak pernah selesai.”

Dari Batuan Menuju Kesadaran

Buku ini menggambarkan betapa Sulawesi adalah laboratorium alami dari proses geodinamika bumi. Tabrakan lempeng, magmatisme potasik, zona subduksi, patahan aktif, hingga lapisan batuan samudera purba yang kini terangkat ke permukaan.

Namun di balik semua istilah teknis itu, ada satu kesadaran yang hadir pelan-pelan: bahwa tanah yang kita injak, air yang kita minum, bahkan bencana yang kita alami, semuanya adalah buah dari sejarah geologi yang tak kita lihat, tapi menentukan hidup kita.

Buku ini mengajak kita memikirkan ulang makna pembangunan. Bagaimana mungkin kita membangun bendungan, jalan tol, atau tambang, tanpa memahami fondasi batuan yang menopangnya? Bagaimana mungkin kita bicara tentang masa depan, jika tak paham cerita masa lalu yang tersembunyi di dalam tanah?

Di titik inilah, buku ini tak lagi sekadar ilmiah. Ia menjadi etis. Ia menjadi pengingat bahwa pengetahuan adalah tanggung jawab. Bahwa kita tidak bisa terus mengeksploitasi bumi tanpa terlebih dahulu mendengarkannya.

Ketika Geologi Menjadi Renungan Bangsa

Arsjad Rasjid, Ketua Umum Kadin 2021-2025, dalam kata pengantarnya menulis: “Geology is not background information. It is destiny.” Kalimat ini sederhana, tapi menghunjam. Geologi bukan sekadar latar belakang dalam cerita pembangunan. Ia adalah takdir. Ia adalah arah.

Dari batuan-batuan Sulawesi, kita bisa membaca ketegangan antara dua benua, yang bertubrukan dan saling dorong, membentuk lanskap yang rapuh sekaligus megah. Kita bisa belajar bahwa kehidupan selalu lahir dari gesekan, dari perubahan, dari proses yang tak nyaman. Bukankah itu juga cerita Indonesia?




Pulau-pulau kita lahir dari letusan gunung, dari patahan, dari dorongan kerak bumi yang tak pernah selesai. Bangsa kita dibentuk oleh sejarah yang penuh gempa, baik itu politik, ekonomi, sosial. Tapi justru di situ keistimewaannya. Dalam keretakan, ada kelahiran. Dalam patahan, ada kemungkinan.

Di ujung buku ini, yang tebal dan berat, pembaca tak hanya membawa pengetahuan baru. Tapi juga membawa rasa hormat. Pada bumi. Pada waktu. Pada mereka yang mengabdi dalam diam.

Buku Geology of the Sulawesi Region bukan hanya kerja intelektual, tapi juga kerja spiritual. Buku ini mengajarkan bahwa memahami bumi adalah salah satu bentuk tertinggi dari mencintai kehidupan. Bahwa membaca batuan bisa menjadi cara baru dalam memahami kemanusiaan.

Dan bahwa ilmu pengetahuan sejatinya adalah bentuk lain dari doa -doa yang tenang, telaten, dan penuh hormat kepada alam semesta.