MAKASSAR, UNHAS.TV — CEO Titah Grup, Anwar Mattawape, hadir sebagai narasumber dalam Advance Training (Latihan Kader III) tingkat nasional yang diselenggarakan Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Badan Koordinasi Sulawesi Selatan di Sultan Alauddin Hotel and Convention, Makassar, Minggu (25/5).
Dalam pemaparannya bertema “Strategi Kewirausahaan dalam Menjawab Tantangan Kemandirian Ekonomi”, Anwar yang akrab disapa Kak No’ menekankan pentingnya perubahan paradigma di kalangan aktivis dalam memandang kewirausahaan.
“Aktivis hari ini masih memiliki paradigma kuno dalam melihat kewirausahaan. Padahal, mandiri secara ekonomi adalah cara untuk menghapus stigma negatif terhadap aktivis,” tegas Sekjen IKATEK ini.
Menurut Anwar, masih banyak aktivis yang menganggap bahwa perjuangan hanya cukup dilakukan di ruang diskusi dan mimbar orasi, tanpa memikirkan fondasi ekonomi yang kuat.
Padahal dalam realitas sosial hari ini, kemandirian ekonomi bukan hanya pelengkap, tapi syarat mutlak agar idealisme tidak terkooptasi oleh kepentingan.
“Jika aktivis tidak punya daya dukung ekonomi, maka mereka rentan terjebak dalam ketergantungan. Dan dari situlah muncul stigma: aktivis cuma bisa bicara, tapi tidak berdaya secara nyata,” ujarnya menambahkan.
Ia menekankan bahwa kewirausahaan bukan sekadar urusan mencari untung, tapi merupakan jalan aktualisasi nilai-nilai perjuangan dalam bentuk yang lebih konkret dan berkelanjutan.
Anwar menjabarkan beberapa strategi konkret menuju kemandirian ekonomi dalam kerangka Indonesia Emas 2045. Menurutnya, modal dan konsistensi menjadi tantangan utama dalam memulai usaha. Namun, hal itu dapat diatasi dengan memperkuat jejaring dan koneksi yang luas.
“Keberanian dan konsistensi menjadi kunci. Aktivis harus jeli melihat peluang dan membangun koneksi yang solid untuk menopang ikhtiar berwirausaha,” tambahnya.
Selain membagikan strategi, Anwar juga memotivasi para peserta agar menaikkan value sebagai kader HMI yang telah menempuh pelatihan tingkat lanjut.
“Lulusan LK III harus menjadi teladan. Kualitas kalian tentu berbeda dengan kader lainnya. Maka, beranilah keluar dari zona nyaman dan paradigma lama,” tutupnya.
Advance Training atau Latihan Kader III merupakan jenjang tertinggi dalam sistem perkaderan HMI.
Pelatihan ini dirancang untuk membentuk kader strategis yang memiliki kapasitas kepemimpinan nasional, pemikiran kritis, serta kemampuan mengintegrasikan nilai keislaman dan keindonesiaan dalam setiap sektor kehidupan, termasuk ekonomi dan kewirausahaan.