MAKASSAR, UNHAS.TV - Fenomena Fear of Missing Out (FOMO) atau yang dikenal dengan istilah FOMO kini semakin marak terjadi di kalangan anak muda.
FOMO sering kali dipicu karena perkembangan teknologi seperti media sosial. Bagaimana FOMO ini sendiri dari kacamata psikologi?
FOMO adalah perasan cemas yang muncul ketika seseorang merasa ketinggalan pengalaman, informasi, atau peristiwa penting yang dialami orang lain. Fenomena ini kini menjadi salah satu gejala psikologis yang dirasakan anak muda di era digital.
Rasa takut ketinggalan suatu tren ini disebabkan kemajuan zaman dan perkembangan teknologi melalui media sosial. Hadirnya berbagai jenis aplikasi media sosial seperti Instagram, TikTok, atau Twitter semakin membuat seseorang mudah melihat unggahan foto dan video orang lain.
Tidak hanya itu, hadirnya fitur live juga story semakin membuat seseorang mudah menyaksikan aktivitas orang lain hingga memunculkan pikiran membandingkan diri sendiri dengan orang lain.
Menurut Psikolog dari Universitas Hasanuddin, Tenri Pada Rustham, selain penggunaan media sosial yang berlebihan, ciri seseorang bersikap FOMO adalah terlalu berkomitmen pada berbagai aktivitas agar tidak ketinggalan.
"Selain itu juga karena perasaan tidak puas meski terlibat pada berbagai aktivitas. FOMO menciptakan sikluas tanpa ujung di mana kepuasan selalu tertunda," ujar Tenri Pada Rustam kepada Unhas TV.
Ia melanjutkan, FOMO tidak terbatas pada kehidupan sosial secara langsung namun juga dalam berbagai konteks termasuk pendidikan atau pekerjaan, misalnya terlibat lebih dari satu kegiatan kampus.
FOMO, kata Tenri Pada Rustham, bisa berdampak psikologis seperti cemas dan stres yang berujung pada kesehatan mental. FOMO juga bisa membuat seseorang tidak produktif akibat terlalu banyak terlibat di kegiatan.
Mereka sulit membagi waktu sehingga mutu pekerjaan menurun. FOMO juga mempengaruhi kualitas tidur seperti insomnia dan gangguan tidur lainnya.
Mengatasi sikap FOMO dapat dilakukan dengan membatasi dan rileks dalam penggunaan media sosial, selalu merasa puas terhadap yang dilakukan alias menghargai diri sendiri dengan menerima segala kekurangan dan kelebihan.
Langkah lain yakni yakni terhubung dengan dunia nyata dan memilih lingkungan pertemanan yang sehat yang menjauhkan dari sikap FOMO.(*)
Zulkarnaen Jumar Taufik (Unhas TV)