UNHAS.TV – Di balik deru kendaraan yang melaju di jalan raya, terdapat sistem kompleks yang bekerja keras di balik kap mesin. Salah satu elemen peran vital dalam sistem itu adalah Bahan Bakar Minyak (BBM).
Namun, tidak semua pengguna kendaraan menyadari bahwa memilih BBM tak bisa sembarangan. Alih-alih menghemat biaya, penggunaan BBM yang tidak sesuai spesifikasi mesin justru bisa menjadi bumerang: menurunkan performa bahkan merusak mesin.
Hal ini diungkapkan oleh pakar Konversi Energi dari Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin (Unhas) Dr Ir Machmud Syam DEA.
Ia menekankan bahwa pemilihan BBM harus mempertimbangkan nilai oktan, yakni ukuran kemampuan bahan bakar menahan tekanan sebelum terbakar.
“Kenapa nilai oktan penting? Karena untuk meningkatkan performa atau efisiensi daripada mesin atau daya suatu mesin itu membutuhkan perbandingan kompresi yang tinggi,” jelasnya saat ditemui tim Unhas TV, Kamis (18/4/2025).
Menurut Machmud, kendaraan modern saat ini rata-rata dirancang dengan perbandingan kompresi sekitar 11:1 atau lebih tinggi. Untuk itu, dibutuhkan bahan bakar dengan nilai oktan yang setara—minimal RON 92 atau setara Pertamax.
Apabila kendaraan semacam ini dipaksakan menggunakan BBM dengan oktan rendah seperti RON 88 (Premium) atau RON 90 (Pertalite), maka risiko terjadinya knocking atau pembakaran dini akan meningkat.
Knocking adalah proses pembakaran yang terjadi sebelum waktunya karena tekanan dan suhu yang terlalu tinggi di ruang bakar.
Akibatnya, mesin bisa mengalami penurunan tenaga, getaran, hingga kerusakan komponen seperti piston dan klep.
“Kalau BBM dengan oktan rendah dipakai pada mesin berkompresi tinggi, akan terjadi detonasi, itu seperti ledakan kecil dalam mesin yang merusak,” tambah Machmud.
Bukan Soal Mahal, Tapi Soal Efisiensi dan Umur Mesin
>> Baca Selanjutnya