Internasional

Badai Tarif Trump Mengguncang Dunia

Tarif

AMERIKA SERIKAT,UNHAS.TV – Gelombang kejut ekonomi kembali menerpa dunia, kali ini dipicu oleh langkah kontroversial Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Sebuah pengumuman yang dilansir BBC (9/4) bagaikan petir di siang bolong: kenaikan tarif impor barang asal China secara drastis, dari 104 persen menjadi 125 persen. Langkah ini, yang disebut Trump sebagai respons atas "penghinaan" Beijing dalam alotnya negosiasi dagang, sontak mengubah lanskap perdagangan global.

Bayangkan, sebuah toko di Amerika yang dulunya dipenuhi produk-produk "Made in China" dengan harga terjangkau, kini harus berpikir keras. Kenaikan tarif setinggi itu bukan sekadar angka, melainkan tembok penghalang yang membuat barang-barang Negeri Tirai Bambu sulit bersaing di pasar Paman Sam. Konsumen pun terancam merogoh kocek lebih dalam untuk sekadar membeli kebutuhan sehari-hari.

Namun, Tiongkok tak gentar. Bloomberg (9/4) melaporkan respons Beijing yang tak kalah keras: kenaikan tarif impor balasan sebesar 50 persen untuk barang-barang dari Amerika Serikat. Alhasil, produk-produk pertanian hingga teknologi buatan AS yang memasuki pasar China kini harus menanggung beban tarif total mencapai 84 persen. Kebijakan ini dijadwalkan berlaku mulai Kamis mendatang, semakin memperuncing perseteruan dagang yang kini benar-benar memasuki babak eskalasi. Dua raksasa ekonomi dunia ini seolah sedang bermain api, saling membakar dengan kebijakan tarif yang saling melukai.

Di tengah tensi yang meninggi dengan China, Trump mencoba memainkan kartu diplomasi dengan negara lain. Melalui unggahan di media sosial pribadinya, ia mengumumkan penundaan tarif baru selama 90 hari bagi negara-negara yang belum memberikan respons terhadap kebijakannya, dengan hanya memberlakukan tarif dasar sebesar 10 persen. Kanada dan Meksiko bernapas lega masuk dalam daftar penerima keringanan ini, namun Uni Eropa masih menunggu kepastian nasib. Kebijakan ini bak pesan tersembunyi: diam berarti diberi waktu, melawan berarti sanksi.

Pemerintah Tiongkok, melalui juru bicara Kementerian Luar Negeri, Lin Jian, dengan nada tegas menyatakan bahwa Beijing tidak akan mundur satu inci pun. "Jika Trump terus memprovokasi perang dagang ini, kami tak punya pilihan selain melawan sampai akhir," ujarnya lantang dalam konferensi pers pagi itu, seperti yang dikutip The Guardian (9/4). Nada-nada diplomasi seolah menguap, digantikan oleh ultimatum yang jelas: dua kekuatan global kini berada di jalur konfrontasi yang berbahaya.


>> Baca Selanjutnya